Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak tergelincir pada perdagangan hari ini setelah mencapai tertinggi lebih dari 2,5 tahun di awal sesi. Lonjakan kasus Covid-19 di Asia mengerem reli harga minyaj sebelum pertemuan OPEC+ yang akan berlangsung minggu ini.
Senin (28/6) pukul 21.00 WIB, harga minyak jenis Brent untuk kontrak pengiriman Agustus 2021 turun 0,4% ke level US$ 75,85 per barel, setelah naik ke US$ 76,60 per barel, tertinggi sejak Oktober 2018, di awal perdagangan Asia.
Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Agustus 2021 juga melemah 0,4% menjadi US$ 73,78 per barel.
Tetapi para analis percaya, koreksi ini hanya bersifat sementara dan mengatakan reli harga minyak belum akan berakhir.
"Dengan sentimen yang tinggi, pengamat pasar mengatakan harga minyak mentah kemungkinan akan terus meningkat ... Peluncuran vaksin dan permintaan musim panas yang kuat membuat koktail bullish yang kuat," kata Stephen Brennock, broker minyak PVM.
Harga minyak naik untuk minggu kelima pekan lalu karena permintaan bahan bakar rebound pada pertumbuhan ekonomi yang kuat dan peningkatan perjalanan selama musim panas belahan bumi utara, sementara pasokan minyak mentah terbatas karena OPEC+, mempertahankan pemotongan produksi.
Baca Juga: Harga minyak rekor lagi ke US$ 74,07 per barel, tetapi sentimen negatif membayangi
OPEC+ secara bertahap mengurangi pembatasan tersebut, menambahkan 2,1 juta barel per hari (bph) ke pasar dari Mei hingga Juli. OPEC+, yang bertemu pada 1 Juli, dapat memutuskan untuk menambah produksi lebih lanjut pada Agustus karena harga minyak naik dengan pulihnya permintaan.
Perkiraan OPEC menunjukkan, defisit pasokan minyak pada Agustus dan di sisa tahun 2021 karena ekonomi pulih dari pandemi, menunjukkan OPEC+ memiliki ruang untuk meningkatkan produksi.
ANZ dan ING memperkirakan OPEC+ akan meningkatkan produksi sekitar 500.000 barel per hari pada Agustus, yang kemungkinan akan mendukung harga yang lebih tinggi.
Namun, meningkatnya infeksi Covid-19 di Asia sedikit meredam prospek tersebut. Indonesia sedang berjuang melawan rekor kasus tertinggi, Malaysia akan memperpanjang penguncian dan Thailand telah mengumumkan pembatasan baru.
Australia juga melaporkan pada hari Minggu, salah satu jumlah tertinggi kasus virus corona yang didapat secara lokal tahun ini, memicu penguncian di beberapa kota.
Di sisi lain, Iran dan Amerika Serikat diperkirakan akan melanjutkan pembicaraan tidak langsung tentang menghidupkan kembali pakta atas kerja nuklir Teheran.
Perjanjian dapat mengarah pada pencabutan sanksi AS dan lebih banyak minyak mentah Iran di pasar. Tetapi ketegangan meningkat setelah serangan udara AS pada hari Minggu terhadap milisi yang didukung Iran di Irak dan Suriah.
"Saat ini kami tidak mengharapkan ekspor Iran untuk kembali dalam waktu dekat, dengan kata lain, jadi OPEC+ harus memiliki kendali bebas pada pertemuannya," kata analis Commerzbank Eugen Weinberg.
Selanjutnya: Tren bullish, harga batubara berpotensi pecahkan rekor tertinggi sepanjang masa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News