Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak mentah berhasil menguat pada perdagangan hari ini. Namun, penguatan harga emas hitam ini dibatasi oleh kenaikan mengejutkan dalam cadangan minyak mentah Amerika Serikat (AS).
Kamis (23/7) pukul 09.00 WIB, harga minyak mentah jenis Brent kontrak pengiriman September 2020 di ICE Futures naik 2 sen atau 0,1% menjadi US$ 44,31 per barel.
Setali tiga uang, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman September juga naik 6 sen atau 0,1% ke US$ 41,96 per barel.
Baca Juga: Aksi saling balas AS-China masih terjadi, harga minyak turun tipis
Harga di hari ini telah menandai kenaikan mingguan pertama sejak mencapai level tertinggi empat bulan pada awal minggu ini. Keperkasaan harga minyak mentah acuan ini datang di tengah berita harapan tentang vaksin virus corona.
Namun, keuntungan minyak lebih sempit setelah Energy Information Administration (EIA) merilis data tentang persediaan minyak mentah dan sulingan AS yang naik secara tak terduga. Selain itu, data yang dirilis Rabu (22/7) itu juga memperlihatkan bahwa permintaan bahan bakar tergelincir di akhir pekan lalu karena lonjakan virus corona di Negeri Paman Sam.
"Biasanya persediaan bahan bakar akan sangat berkurang, tetapi lonjakan jumlah kasus Covid-19 telah menghalangi pemulihan," kata ANZ, merujuk pada permintaan yang biasa mencapai puncak di musim mengemudi pada musim panas di AS.
Data EIA memperlihatkan, persediaan minyak mentah naik 4,9 juta barel pada pekan yang berakhir 17 Juli menjadi 536,6 juta barel. Padahal jajak pendapat Reuters memperlihatkan ekspektasi penurunan 2,1 juta barel. Selain itu, produksi minyak mentah AS juga naik menjadi 11,1 juta barel per hari, naik 100.000 barel per hari.
Berdasarkan perhitungan Reuters, AS melaporkan lebih dari 1.000 kematian akibat Covid-19 pada hari Selasa, ini adalah kali pertama sejak 10 Juni, negara tersebut telah mencetak rekor baru yang lebih suram.
Presiden Donald Trump pun menyerah dan mengatakan bahwa wabah virus corona mungkin akan memburuk sebelum membaik. Ini menjadi sebuah pergeseran dari penekanan sebelumnya yang kuat pada pembukaan kembali ekonomi.
Baca Juga: Harga emas spot turun setelah terbang tinggi, mampukah mendekati rekor US$ 1.900?
Pertikaian baru antara Washington dan Beijing juga semakin menekan pergerakan harga minyak. Ini terjadi setelah Negeri Paman Sam memberi waktu 72 jam kepada China untuk menutup konsulatnya di Houston. Hal tersebut dilakukan di tengah tuduhan mata-mata, menandai penurunan dramatis dalam hubungan antara dua ekonomi terbesar dunia.
Data ekonomi dari Jepang, konsumen minyak terbesar keempat di dunia, juga menekan harga. Aktivitas pabrik dikontrak untuk bulan ke 15 berturut-turut pada bulan Juli, menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi yang lebih rendah karena pandemi ini meluas ke kuartal ketiga.
Pasar minyak kemungkinan akan mengambil arah dari data kepercayaan konsumen yang diharapkan dari Eropa di kemudian hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News