kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak mentah bertahan menguat, optimisme Saudi Aramco jadi penopang


Senin, 10 Agustus 2020 / 14:01 WIB
Harga minyak mentah bertahan menguat, optimisme Saudi Aramco jadi penopang
ILUSTRASI. Harga minyak memanas


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - MELBOURNE. Harga minyak naik mentah kembali terangkat didukung oleh optimisme dari Saudi Aramco bahwa permintaan minyak dari Asia dan janji Irak untuk memperdalam pemotongan pasokan. Meski begitu, ketidakpastian atas kesepakatan stimulus ekonomi untuk menopang pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) membatasi kenaikan harga.

Mengutip Reuters, Senin (10/8) pukul 13.30 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman September 2020 di Nymex naik 47 sen atau 1,1% menjadi US$ 41,69 per barel.

Sementara, harga minyak mentah berjangka Brent kontrak pengiriman Oktober 2020 naik 34 sen atau 0,8%, menjadi US$ 44,74 per barel.

Baca Juga: Harga minyak menanjak, Saudi Aramco optimistis terhadap permintaan dari Asia

Kedua kontrak patokan jatuh pada hari Jumat, dirugikan oleh kekhawatiran terhadap lemahnya permintaan. Tetapi Brent masih mengakhiri pekan lalu dengan naik 2,5%, dengan WTI melesat 2,4%.

"Komentar dari akhir pekan dari Aramco adalah pendorong saat ini," kata Michael McCarthy, Market Strategist CMC Markets and Stockbroking.

Kepala Eksekutif Arab Saudi Aramco Amin Nasser mengatakan,bahwa dia melihat permintaan minyak rebound di Asia karena ekonomi secara bertahap terbuka setelah pelonggaran penguncian virus corona.

"Dia memberi gambar yang cerah tentang prospek permintaan di kawasan Asia," kata McCarthy.

Di sisi pasokan, Irak mengatakan pada hari Jumat akan memangkas produksi minyaknya sebanyak 400.000 barel per hari pada Agustus dan September untuk mengkompensasi kelebihan produksi dalam tiga bulan terakhir. Langkah tersebut akan membantunya memenuhi bagian pemotongannya oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, bersama-sama disebut OPEC +.

Pemotongan yang lebih tajam akan membuat pengurangan total Irak menjadi 1,25 juta barel per hari bulan ini dan tahun depan.

"Arab Saudi dan Irak menjalin hubungan yang lebih baik atas kesepakatan minyak sangat baik untuk prospek kepatuhan," kata ahli strategi pasar AxiCorp Stephen Innes dalam sebuah catatan.

Para menteri energi Saudi dan Irak mengatakan dalam pernyataan bersama bahwa upaya OPEC + akan meningkatkan stabilitas pasar minyak global, mempercepat penyeimbangan dan mengirimkan sinyal positif ke pasar.

Baca Juga: Harga emas dan CPO melambung, UNTR dan AALI masuk top picks Mirae Asset Sekuritas

Sementara harapan tumbuh pada pembicaraan yang macet antara Demokrat AS dan Gedung Putih tentang paket dukungan baru untuk negara-negara bagian AS yang kekurangan uang yang dilanda pandemi virus corona, penundaan dalam mencapai kesepakatan membebani pasar.

Ketua DPR AS Nancy Pelosi dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan mereka bersedia untuk memulai kembali pembicaraan tentang kesepakatan untuk menutupi sisa tahun 2020.

"Semakin lama berlarut-larut semakin buruk skenario permintaan," pungkas McCarthy.

Dia menambahkan, secara teknikal resisten bagi harga WTI berada sekitar US$ 42,50 per barel dan sedangkan Brent di kisaran US$ 45 dan US$ 45,50 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×