kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.908.000   1.000   0,05%
  • USD/IDR 16.212   -17,00   -0,10%
  • IDX 6.865   -12,86   -0,19%
  • KOMPAS100 999   -3,55   -0,35%
  • LQ45 764   -2,07   -0,27%
  • ISSI 226   -1,00   -0,44%
  • IDX30 393   -1,12   -0,29%
  • IDXHIDIV20 455   -0,68   -0,15%
  • IDX80 112   -0,32   -0,28%
  • IDXV30 114   0,03   0,02%
  • IDXQ30 127   -0,74   -0,58%

Harga minyak mentah bertahan di atas US$ 40 per barel berkat pelemahan dolar AS


Jumat, 24 Juli 2020 / 12:32 WIB
Harga minyak mentah bertahan di atas US$ 40 per barel berkat pelemahan dolar AS
ILUSTRASI. Harga minyak acuan menguat tipis


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak mentah berhasil mempertahankan penguatan walau kekhawatiran permintaan akan kembali turun karena lonjakan kasus virus corona serta ketegangan baru antara Amerika Serikat-China masih menghantui. 

Memang sokongan bagi harga si hitam datang setelah indeks dolar AS jatuh ke level terendah dalam hampir dua tahun. 

Jumat (24/7) pukul 12.15 WIB, harga minyak jenis Brent kontrak pengiriman September 2020 di ICE Futures menguat 21 sen atau 0,5% menjadi US$ 43,52 per barel. 

Setali tiga uang, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman September 2020 di Nyemex juga naik 12 sen atau 0,3% menjadi US$ 41,19 per barel. 

Baca Juga: Harga emas spot bertahan di US$ 1.889, pelemahan indeks dolar AS jadi sentimen utama

Sentimen yang mengangkat harga acuan minyak mentah ini datang setelah indeks dolar AS merosot ke posisi terendah dalam 22 bulan, alhasil the greenback loyo terhadap sekeranjang mata uang. 

Dengan pelemahan dolar AS ini membuat komoditas yang diperdagangkan dengan mata uang itu menjadi lebih murah. Karena itu, investor pun bisa membeli minyak dengan harga yang lebih murah saat memegang mata uang lainnya.

"Harga minyak mentah berusaha stabil karena harapan yang masih tetap tinggi bahwa Kongres akan berhasil memberikan paket bantuan lain untuk pandemi di AS," kata Edward Moya, Senior Market Analyst OANDA di New York.

"Data ekonomi AS kemarin menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi sedang berjuang dan cukup banyak jaminan lebih banyak bantuan federal akan datang," lanjut dia. 

Seperti diketahui, data pengangguran di Negeri Paman Sam kembali melesat setelah jumlah orang yang mengajukan tunjangan pengangguran secara tak terduga naik menjadi 1,416 juta pada pekan lalu. Ini adalah kenaikan pertama kalinya dalam hampir empat bulan. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi AS terhenti di tengah kebangkitan kasus Covid-19.

Terlebih, AS kembali mencatatkan tambahan kematian dalam 1 hari lebih dari 1.000 untuk tiga hari berturut-turut pada Kamis (23/7). Secara global, lebih dari 15 juta orang telah terinfeksi dan lebih dari 620.000 telah meninggal akibat pandemi virus corona ini. 

Sementara kenaikan infeksi telah memicu kekhawatiran akan kuncian kembali pemerintah. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa permintaan minyak yang sempat meningkat akan kembali turun. Terlebih ketegangan antara AS dan China- dua konsumen minyak teratas dunia, kembali berkobar. 

Baca Juga: Harga minyak mentah bertahan di atas US$ 41 per barel berkat pelemahan dolar AS

Hal ini terjadi setelah pemerintah AS meminta China untuk segera menutup konsulatnya yang berada di Houston paling lambat pekan ini. Pemerintah Negeri Tirai Bambu pun membalas aksi tersebut dengan meminta penutupan Konsulat Jenderal AS di Chengdu. Hal ini sudah diumumkan Kementerian Luar Negeri China pada hari ini. 

Barclays Commodities Research mengatakan, harga minyak bisa kembali koreksi dalam waktu dekat jika pemulihan permintaan bahan bakar melambat lebih lanjut, terutama di AS.

Barclays menurunkan perkiraan surplus di pasar minyak untuk tahun 2020 menjadi rata-rata 2,5 juta barel per hari (bph), dari 3,5 juta bph sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×