Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak berhasil menguat tipis setelah indeks dolar Amerika Serikat (AS) jatuh ke level terendah hampir dua tahun. Namun, penguatan harga emas hitam ini cenderung terbatas karena tertekan kekhawatiran bahwa permintaan akan kembali turun karena lonjakan kasus virus corona dan ketegangan baru antara AS-China.
Jumat (24/7) pukul 08.45 WIB, harga minyak jenis Brent kontrak pengiriman September 2020 di ICE Futures menguat 15 sen atau 0,4% menjadi US$ 43,46 per barel.
Setali tiga uang, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman September 2020 juga naik 12 sen atau 0,3% menjadi US$ 41,19 per barel.
Baca Juga: Kenaikan harga minyak masih tertahan corona dan konflik geopolitik
Sentimen yang mengangkat harga acuan minyak mentah ini datang setelah dolar AS merosot ke posisi terendah dalam 22 bulan terhadap sekeranjang mata uang. Dolar yang lebih lemah biasanya memacu pembelian komoditas yang dihargai dengan the greenback, seperti minyak. Karena investor bisa membeli dengan harga yang lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
"Harga minyak mentah berusaha stabil karena harapan yang masih tetap tinggi bahwa Kongres akan berhasil memberikan paket bantuan lain untuk pandemi di AS," kata Edward Moya, Senior Market Analyst OANDA di New York.
"Data ekonomi AS kemarin menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi sedang berjuang dan cukup banyak jaminan lebih banyak bantuan federal akan datang," lanjut dia.