kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak menguat meski ada potensi penurunan permintaan


Selasa, 27 Juli 2021 / 07:28 WIB
Harga minyak menguat meski ada potensi penurunan permintaan
ILUSTRASI. Harga minyak menguat 0,25% dari penutupan perdagangan kemarin.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat pada awal perdagangan Selasa (27/7). Pergerakan harga komoditas energi ini masih stabil dalam beberapa hari terakhir. 

Selasa (27/7 pukul 7.17 WIB, harga minyak WTI kontrak September 2021 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 72,09 per barel. Harga minyak WTI ini menguat 0,25% dari penutupan perdagangan kemarin.

Sedangkan harga minyak brent kontrak September 2021 di ICE Futures berada di US$ 74,71 per barel. Harga minyak acuan internasional ini menguat 0,33% dari penutupan perdagangan kemarin.

Penyebaran varian Delta Covid-19 memicu kekhawatiran permintaan bahan bakar. Tetapi penurunan dibatasi oleh perkiraan bahwa pasokan minyak mentah akan ketat sepanjang sisa tahun ini.

Baca Juga: Harga emas berada di US$ 1.797 per ons troi jelang rapat The Fed

"Risk appetite jelas meningkat secara besar-besaran selama seminggu terakhir dan sama seperti aset berisiko lainnya, minyak mengambil nafas menjelang beberapa hari yang intens," kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA kepada Reuters.

Erlam menambahkan bahwa pemulihan kuartal kedua menyebabkan optimisme prospek permintaan minyak selanjutnya. "Gelombang Covid berikutnya adalah risiko penurunan, tetapi tidak sejauh lonjakan sebelumnya," kata dia.

Kasus virus corona terus meningkat selama akhir pekan, dengan beberapa negara melaporkan rekor peningkatan harian dan memperpanjang tindakan penguncian. China, importir minyak mentah terbesar dunia, juga mencatat peningkatan kasus Covid-19.

Baca Juga: Wall Street mencatat rekor baru lagi pada Senin (26/7)

Ada kekhawatiran bahwa impor minyak China akan meningkat dengan persentase yang lebih rendah daripada prediksi meski tingkat pengolahan diprediksi meningkat di semester kedua ini. China menindak keras China penyalahgunaan kuota impor. Selain itu, harga minyak yang lebih tinggi berpotensi menahan pembelian.

"Varian Delta masih menyebar dan China mulai menekan pengolah minyak independen, sehingga pertumbuhan impor mereka tidak akan sebesar itu," kata Avtar Sandu, manajer komoditas senior di Phillips Futures Singapura.

Analis Commerzbank dalam catatan mengungkapkan bahwa permintaan minyak India pun tertekan. "Impor minyak pada Juni turun ke level terendah sembilan bulan, sementara pemrosesan minyak mentah hanya sedikit di atas level terendah Mei, yang dipengaruhi oleh pembatasan pandemi," ungkap Commerzbank.

Namun, kedua patokan minyak mentah pekan lalu pulih dari penurunan 7% di awal minggu dan menandai kenaikan mingguan pertama mereka dalam dua hingga tiga minggu. Kenaikan harga ditopang oleh permintaan AS yang kuat dan ekspektasi pasokan yang ketat.

Baca Juga: Harga minyak ambles US$ 1 per barel, impor China yang melambat jadi pemberat

Para trader minyak yang mengutip Wood Mackenzie mengungkapkan bahwa persediaan di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk minyak mentah berjangka AS, turun sekitar 2,6 juta barel pekan lalu.

Pasar minyak global diperkirakan akan tetap defisit meskipun ada keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi sepanjang sisa tahun ini. "Tampaknya ada pertempuran di dalam kompleks energi antara defisit pasokan yang berlaku yang direkayasa oleh OPEC+ dan ancaman varian Delta Covid-19 di wilayah dengan tingkat vaksinasi rendah," kata analis StoneX Kevin Solomon.

Baca Juga: IHSG diramal bergerak sideways, simak rekomendasi saham untuk hari ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×