kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.942.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.490   100,00   0,61%
  • IDX 6.787   -120,00   -1,74%
  • KOMPAS100 980   -16,66   -1,67%
  • LQ45 754   -11,11   -1,45%
  • ISSI 221   -4,23   -1,88%
  • IDX30 391   -6,58   -1,66%
  • IDXHIDIV20 457   -9,06   -1,95%
  • IDX80 110   -1,76   -1,57%
  • IDXV30 113   -1,97   -1,71%
  • IDXQ30 126   -2,46   -1,91%

Harga Minyak Makin Mahal, Kinerja Emiten Ini Terancam Tertekan


Senin, 23 Juni 2025 / 20:38 WIB
Harga Minyak Makin Mahal, Kinerja Emiten Ini Terancam Tertekan
ILUSTRASI. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/nym. . Lonjakan harga minyak mentah dunia berpotensi menekan kinerja beberapa emiten dari sektor tertentu.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lonjakan harga minyak mentah dunia berpotensi menekan kinerja beberapa emiten dari sektor tertentu yang mengandalkan komoditas ini sebagai bahan baku maupun bahan bakar dalam kegiatan operasionalnya.

Mengutip trading economic, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) naik 2,41% ke level US$ 75,83 per barel pada Senin (23/6) pukul 18.40 WIB di tengah memanasnya konflik Iran-Israel yang mana Amerika Serikat (AS) juga ikut terlibat. Pada saat yang sama, harga minyak mentah Brent juga mengalami kenaikan 2,19% menjadi US$ 78,96 per barel.

Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan mengatakan, kenaikan harga minyak yang berlarut-larut menimbulkan tekanan bagi emiten-emiten tertentu, salah satunya dari sektor produksi petrokimia. Maklum saja, minyak bumi merupakan bahan baku utama dalam proses produksi petrokimia maupun produk turunannya, sehingga wajar jika kinerja emiten tersebut cukup sensitif terhadap pergerakan harga minyak di pasar global.

Baca Juga: Tekanan Geopolitik & Kebijakan The Fed Hawkish, Harga Emas Masih dalam Tren Bearish

Di atas kertas, menanjaknya harga minyak akan meningkatkan biaya produksi secara signifikan sehingga menekan margin laba perusahaan. “Hal ini terjadi utamanya jika perusahaan belum melakukan lindung nilai (hedging) atau belum mampu menaikkan harga jual produknya,” ujar dia, Senin (23/6).

Investment Analyst Edvisor Provina Visindo Indy Naila juga menyebut, emiten di sektor transportasi dan logistik juga patut waspada atas kenaikan harga minyak mentah dunia yang terjadi baru-baru ini. Biaya operasional mereka berpeluang membengkak jika harga bahan bakar minyak (BBM) juga ikut mengalami penyesuaian.

Jika harga BBM ikut naik akibat tingginya harga minyak dunia, hal itu akan menimbulkan efek domino berupa kenaikan inflasi serta meningkatnya biaya distribusi dan logistik. Akibatnya, daya beli masyarakat dapat melemah. Kondisi tersebut dapat mengancam kelangsungan usaha dan kinerja emiten-emiten di sektor konsumer yang sensitif terhadap faktor daya beli konsumen.

Sentimen harga minyak yang kian mendidih juga menimbulkan kondisi dilema bagi beberapa emiten tertentu. Dalam hal ini, strategi penyesuaian harga jual produk atau jasa belum tentu membantu emiten yang bersangkutan, mengingat daya beli masyarakat masih lemah.

“Ada kekhawatiran berupa penurunan margin dan tekanan arus kas di samping adanya risiko penurunan permintaan, sehingga penyesuaian harga jual membuat emiten kurang kompetitif,” ungkap Indy, Senin (23/6).

Untuk itu, pihak emiten perlu fokus pada strategi efisiensi operasional. Kalaupun ada kenaikan harga jual, hal itu harus dilakukan secara selektif. 

Lantas, emiten-emiten yang sensitif terhadap lonjakan harga minyak sebaiknya menerapkan strategi dengan pendekatan wait and see. Langkah ekspansi kemungkinan baru akan ditempuh oleh emiten tersebut ketika kondisi pasar lebih stabil.

Ekky pun mengatakan, bagi investor yang memanfaatkan momentum jangka pendek, ada baiknya fokus pada saham-saham yang diuntungkan oleh situasi seperti ini seperti sektor migas, emas, dan komoditas lainnya.

Walau tidak menyebut target harga saham, Ekky menilai bahwa saham emiten logistik pelayaran seperti PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS) dan PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) dapat dipertimbangkan oleh investor.

Memang, emiten logistik pelayaran harus menanggung risiko kenaikan harga bahan bakar seiring harga minyak mentah yang makin mahal. Namun di sisi lain, emiten di sektor ini, terutama yang fokus pada angkutan energi, berpotensi meraup keuntungan atas potensi peningkatan permintaan angkutan dari negara-negara pengimpor komoditas energi.

Sementara menurut Indy, saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dapat dilirik oleh investor dengan target harga jangka panjang di level Rp 1.500 per saham. Meski diterpa sentimen kenaikan harga minyak yang dapat memengaruhi bisnis kimia, AKRA memiliki keunggulan berupa diversifikasi bisnis di berbagai sektor, termasuk pengembang kawasan industri.

Baca Juga: Lonjakan Harga Minyak dan Risiko Geopolitik Tekan Rupiah dan Fiskal Indonesia

Selanjutnya: Aktivitas Manufaktur di Sejumlah Negara Meningkat

Menarik Dibaca: 5 Efek Samping Bra yang Terlalu Longgar, Bikin Payudara Kendur!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×