Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak sedikit berubah setelah jatuh pada sesi sebelumnya karena tanda-tanda permintaan bahan bakar yang lebih tinggi dan penurunan persediaan di Amerika Serikta (AS), mengimbangi kekhawatiran atas permintaan di tempat lain, khususnya di China.
Kamis (26/9) pukul 08.10 WIB, harga minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman November 2024 naik 9 sen, atau 0,12% menjadi US$ 73,55 per barel.
Sementara, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman November 2024 naik 4 sen, atau 0,06% ke US$ 69,73 per barel.
Harga minyak merosot lebih dari 2% pada hari Rabu karena kekhawatiran atas gangguan pasokan di Libya mereda dan kekhawatiran permintaan terus berlanjut meskipun ada rencana stimulus terbaru China.
Harga minyak awalnya naik setelah pengumuman stimulus dari importir minyak terbesar di dunia.
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Anjlok 2%, WTI Kembali ke Bawah US$ 70 Per Barel
"Meskipun pengumuman langkah-langkah stimulus baru oleh pejabat Tiongkok bertepatan dengan kenaikan harga banyak komoditas, paket tersebut tidak mengubah prospek permintaan komoditas Tiongkok secara material," kata Capital Economics dalam sebuah catatan.
Tanda-tanda kembalinya minyak Libya ke pasar juga membebani harga, setelah delegasi dari wilayah timur dan barat Libya yang terbagi telah menyetujui proses penunjukan gubernur bank sentral, sebuah langkah yang dapat membantu menyelesaikan krisis atas kendali pendapatan minyak negara yang telah mengganggu ekspor.
Pasar mengabaikan data yang menunjukkan permintaan yang lebih kuat di Amerika Serikat, kata ANZ Research dalam sebuah catatan, karena Badan Informasi Energi (EIA) melaporkan bahwa persediaan minyak AS turun lebih dari yang diharapkan secara keseluruhan minggu lalu.
"Setiap kebangkitan dalam produksi Libya akan kembali ke pasar yang sudah diliputi oleh kekhawatiran akan lemahnya permintaan di AS dan China," kata ANZ Research.
Meski demikian, permintaan bensin berdasarkan pasokan produk mingguan naik hingga lebih dari 9 juta barel per hari (bph) minggu lalu, data EIA menunjukkan, sementara bahan bakar sulingan yang dipasok ke pasar naik hingga lebih dari 4 juta bph.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News