Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak naik sebanyak 1% pada hari Jumat (22/12), saat ketegangan berlanjut di Timur Tengah menyusul serangan Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah.
Meskipun keputusan Angola untuk keluar dari OPEC menimbulkan pertanyaan mengenai keefektifan kelompok tersebut dalam menopang harga.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 70 sen atau 0,9% menjadi US$80,09 per barel pada pukul 0700 GMT. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 66 sen atau 0,9% pada US$74,55 per barel.
Kedua kontrak minyak tersebut telah naik untuk minggu kedua, masing-masing naik lebih dari 4%, karena kekhawatiran pengiriman.
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Melemah Usai Angola Berencana Keluar dari OPEC
“Meningkatnya risiko geopolitik karena gangguan serangan Laut Merah mendukung nada bullish harga minyak saat ini,” kata Kelvin Wong, senior analis pasar di OANDA.
Lebih banyak kapal-kapal pengangkut maritim yang menghindari Laut Merah karena serangan kapal yang dilakukan oleh kelompok militan Houthi di Yaman yang telah menyebabkan gangguan perdagangan global melalui Terusan Suez, yang menangani sekitar 12% perdagangan dunia.
Hapag-Lloyd dari Jerman dan OOCL dari Hong Kong adalah perusahaan-perusahaan terbaru yang menyatakan bahwa mereka akan menghindari Laut Merah dengan mengalihkan rute kapal atau menangguhkan pelayaran.
AS pada hari Selasa meluncurkan operasi multinasional untuk melindungi perdagangan di Laut Merah, tetapi Houthi mengatakan mereka akan terus melakukan serangan.
Para analis mengatakan bahwa dampaknya terhadap suplai minyak sejauh ini masih terbatas karena sebagian besar minyak mentah Timur Tengah diekspor melalui Selat Hormuz.
Namun, harga minyak dapat mengalami rebound "karena konflik geopolitik dan implementasi pemangkasan produksi OPEC yang akan segera terjadi," kata Leon Li, seorang analis di CMC Markets di Shanghai, mengacu pada Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak.
Baca Juga: Reli Harga Minyak Dunia 3 Hari Terhenti Kamis (21/12), WTI Turun ke US$74
"Jadi kesenjangan suplai yang kecil kemungkinan akan terjadi pada Januari tahun depan dan minyak mentah WTI dapat naik menjadi US$75-US$80 per barel," katanya.
Arab Saudi, Rusia, dan anggota OPEC+ lainnya, yang memompa lebih dari 40% minyak dunia, menyetujui pemotongan produksi secara sukarela dengan total sekitar 2,2 juta barel per hari (bph) untuk kuartal pertama 2024.
Kelompok produsen yang dipimpin Saudi dalam beberapa bulan terakhir telah menggalang dukungan untuk memperdalam pengurangan produksi dan meningkatkan harga minyak.
Tetapi, Anglola mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka akan keluar dari OPEC karena keanggotaannya tidak sesuai dengan kepentingannya.
Angola sebelumnya telah memprotes keputusan kelompok OPEC+ untuk mengurangi kuota produksi minyak negara tersebut untuk tahun 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News