Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak naik sekitar 1% pada Jumat (13/9), memperpanjang reli mereka dan menempatkan minyak mentah di jalur untuk mencatatkan kenaikan mingguan akibat gangguan produksi di Teluk Meksiko, AS, setelah Badai Francine memaksa evakuasi platform produksi.
Melansir Reuters, minyak mentah Brent naik 74 sen atau 1% menjadi US$72,71 per barel pada pukul 13:25 GMT.
Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik US$1,02, atau 1,5%, menjadi US$69,99 per barel.
Baca Juga: Minyak Naik 3 Hari Beruntun Karena Badai Menghantam produksi Teluk Meksiko AS
Jika kenaikan ini bertahan, kedua acuan harga minyak tersebut akan mematahkan rangkaian penurunan mingguan, meskipun Brent sempat turun di bawah US$70 per barel pada hari Selasa untuk pertama kalinya sejak akhir 2021.
Pada level saat ini, Brent diproyeksikan mencatat kenaikan mingguan sekitar 2,4%, sementara WTI diperkirakan akan mencatat kenaikan 3,4%.
"Gangguan pasokan yang sedang berlangsung di Libya dan gangguan yang lebih besar dari perkiraan di Teluk Meksiko akibat Badai Francine membuat pasar minyak tetap ketat," kata analis UBS Giovanni Staunovo.
"Dukungan lebih lanjut kemungkinan datang dari aktivitas penutupan posisi pendek akibat rebound harga," tambahnya.
Baca Juga: IEA: Proyeksi Pertumbuhan Permintaan Minyak Global Sebesar 900.000 bph
Dolar AS yang melemah juga membantu mendukung harga minyak. Pelemahan dolar membuat komoditas yang dihargai dalam dolar lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Produsen minyak melakukan penilaian kerusakan dan pemeriksaan keselamatan pada Kamis saat mereka bersiap untuk melanjutkan operasi di Teluk Meksiko.
Data resmi menunjukkan bahwa hampir 42% produksi minyak di kawasan tersebut dihentikan hingga Kamis.
"Jika penundaan produksi terbukti berumur pendek dan kerusakan pada platform minyak minimal, kenaikan ini mungkin akan terhapus karena prospek permintaan yang lebih luas tetap menjadi hambatan utama untuk membatasi pemulihan berkelanjutan," kata market strategist IG Yeap Jun Rong dalam emailnya.
Baik Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) maupun Badan Energi Internasional (IEA) menurunkan proyeksi pertumbuhan permintaan minggu ini, dengan alasan kesulitan ekonomi di China, importir minyak terbesar dunia.
Baca Juga: Badai Francine Ganggu Produksi Minyak dan Gas AS di Teluk Meksiko
Di Amerika Serikat (AS), stok minyak mentah juga meningkat pekan lalu karena impor minyak mentah tumbuh dan ekspor menurun, menurut Administrasi Informasi Energi (EIA) pada hari Rabu.
Sementara itu, investor menantikan pertemuan kebijakan The Fed yang dijadwalkan berlangsung pada 17-18 September, yang mungkin akan memutuskan penurunan suku bunga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News