Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak naik pada hari Jumat (5/7), mencapai level tertinggi sejak akhir April dan bangkit kembali dari posisi terendah awal Juni.
Investor melihat permintaan bahan bakar musim panas yang kuat dan potensi gangguan pasokan.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 39 sen atau 0,45% menjadi US$87,82 per barel pada pukul 11:16 EDT. Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 48 sen, atau 0,57%, menjadi US$84,36 per barel.
WTI tidak diperdagangkan pada hari Kamis (4/7) karena libur Hari Kemerdekaan, menyebabkan perdagangan tipis, tetapi harga naik minggu ini karena ekspektasi permintaan musim panas yang kuat di AS.
Baca Juga: Harga Minyak Berada di Jalur Kenaikan Minggu Keempat Secara Berturut-turut
"Dua hari terakhir mewakili puncak musim mengemudi, dalam hal permintaan dan harga terus merangkak naik. Ini berasal dari permintaan konsumen yang lebih kuat dan efek Badai Beryl," kata Tim Snyder, ekonom di Matador Economics, dalam sebuah catatan pada hari Jumat.
Administrasi Informasi Energi AS (EIA), pada hari Rabu (3/7), melaporkan penurunan inventaris sebesar 12,2 juta barel minggu lalu, dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk penurunan sebesar 700.000 barel.
Sementara itu, Badai Beryl, badai Kategori 2, mendarat di Meksiko, mengikuti jejak kehancurannya yang mematikan di beberapa pulau Karibia.
Platform minyak utama Meksiko tidak diharapkan terpengaruh atau ditutup, tetapi proyek minyak di perairan AS di utara mungkin terpengaruh jika badai terus mengikuti jalur yang diharapkan.
Pertumbuhan pekerjaan AS melambat secara marginal pada bulan Juni, tetapi kenaikan tingkat pengangguran menjadi lebih dari 2,5 tahun tertinggi sebesar 4,1%.
Moderasi dalam pertumbuhan upah menunjukkan pelonggaran kondisi pasar tenaga kerja yang membuat The Fed berada di jalur untuk mulai menurunkan suku bunga tahun ini.
Baca Juga: Harga Minyak Brent Ditutup di Atas US$ 87, Level Tertinggi Sejak April 2024
Biaya pinjaman yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menekan permintaan minyak.
Di tempat lain, Reuters melaporkan pada hari Kamis bahwa produsen minyak Rusia Rosneft dan Lukoil akan membuat pemotongan tajam pada ekspor minyak dari pelabuhan Laut Hitam Novorossiisk pada bulan Juli.
"Ini adalah sinyal positif untuk defisit pasokan yang diperkirakan pada kuartal ketiga, tetapi mengingat kepatuhan Rusia yang buruk terhadap kuota produksi di masa lalu, akan membutuhkan waktu untuk melihat apakah ini akan terwujud," kata analis Panmure Liberum, Ashley Kelty.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News