Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak terjun bebas dan semakin terpuruk. Merujuk Bloomberg, pada penutupan Jumat (6/3), harga minyak dunia sudah berada di level US$ 41,28 US$ per barel. Level tersebut terkoreksi hingga 10,07% jika dibandingkan pada penutupan sebelumnya, Kamis (5/3).
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, jatuhnya harga minyak merupakan imbas dari persebaran virus corona yang membuat permintaan terhadap minyak terus menurun.
Baca Juga: Harga saham Saudi Aramco diperdagangkan di bawah harga IPO untuk pertama kalinya
“Sebenarnya langkah OPEC dan Rusia yang berusaha mengurangi kuota produksi itu tidak akan ada efeknya. Pasalnya, Amerika Serikat tidak akan mengurangi produksi minyak mereka yang mencapai 12 juta barel per hari,” ujar Ibrahim kepada Kontan.co.id, Minggu (8/3).
Ibrahim menambahkan, perang harga yang terjadi juga tidak akan berpengaruh banyak. Semurah apapun harga minyak, cara mengangkut minyak tersebut juga menjadi kendala. Dengan persebaran corona, transportasi saat ini menjadi sulit karena jalur keluar-masuk suatu negara juga dibatasi dan sulit.
Baca Juga: Arab Saudi pangkas harga minyak, seperti apa dampaknya pada pergerakan IHSG?
“Ditambah lagi, masing-masing negara kan lagi sibuk mengatasi persebaran corona. Jadi mereka saat ini akan relatif tidak terlalu memikirkan terkait ekspor-impor perdagangan,” tambah Ibrahim.
Harga minyak dunia diperkirakan juga masih akan bisa kembali turun setidaknya hingga virus corona sudah berhasil ditangani. Ibrahim memproyeksikan pada pertengahan kuartal III dan IV 2020, harga minyak baru kembali stabil.
“Industrial produk dan manufaktur akan beroperasi kembali dan ini kan membutuhkan bahan baku minyak dunia. Jadi dengan sendirinya harga akan kembali stabil,” kata Ibrahim.
Baca Juga: China hingga Amerika Serikat gelontorkan dana jumbo untuk melawan corona
Ibrahim memproyeksikan level terendah harga minyak dunia saat ini adalah US$ 37 per barel. Namun dia juga menyebut peluang menguatnya harga minyak masih sangat mungkin terjadi.
“Minyak dunia masih sangat mungkin kembali ke level US$ 42 - US$ 43 per barel. Tapi kenaikan ini semata-mata untuk memberikan kesempatan pelaku pasar agar bisa mengambil posisi jual di harga tertinggi,” jelas Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News