Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak naik pada hari Senin (13/5). Tanda-tanda peningkatan permintaan di negara importir utama China dan potensi gangguan pasokan di Kanada membantu harga bangkit dari penurunan US$1 per barel di sesi sebelumnya.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 42 sen atau 0,5% menjadi US$83,21 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 66 sen atau 0,8% menjadi US$78,92 per barel.
Data China pada akhir pekan menunjukkan, harga konsumen meningkat selama tiga bulan berturut-turut di bulan April.
Baca Juga: Harga Minyak Senin (15/5), Brent di Kisaran US$83 dan WTI di US$78,53
Sedangkan harga produsen terus mengalami penurunan, menandakan peningkatan permintaan domestik.
Negara ini juga berencana untuk mengumpulkan 1 triliun yuan ($138,26 miliar) untuk merangsang sektor-sektor utama perekonomian.
Dari sisi pasokan, investor mewaspadai potensi gangguan pasokan minyak akibat kebakaran hutan di Kanada Barat, yang pemerintah negara tersebut peringatkan bisa menjadi ‘bencana’.
“Produksi pasir minyak Kanada saat ini memiliki kapasitas harian sebesar 3,3 juta barel, yang kemungkinan besar akan terpengaruh memasuki musim panas,” kata Alex Hodes, analis di pialang energi StoneX.
Di tempat lain, dalam serangkaian serangan yang dilakukan Rusia dan Ukraina terhadap infrastruktur energi masing-masing, Kyiv meluncurkan serangan terbarunya pada akhir pekan dengan serangan pesawat tak berawak yang menutup sebagian kilang terbesar di Rusia selatan, kata beberapa sumber kepada Reuters.
Baca Juga: Harga Minyak Turun Imbas Meredanya Konflik Timur Tengah, Begini Proyeksi ke Depan
Harga minyak juga mendapat dukungan dari ekspektasi bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC+, akan memperpanjang pengurangan pasokan hingga paruh kedua tahun ini.
Produsen nomor dua OPEC, Irak, berkomitmen terhadap pengurangan produksi minyak yang disetujui oleh kelompok produsen tersebut, kata menteri perminyakan Irak kepada kantor berita negara pada hari Minggu.
Komentar tersebut menyusul sarannya pada hari Sabtu bahwa Irak tidak akan menyetujui pemotongan tambahan apa pun yang diusulkan oleh kelompok yang lebih luas pada pertemuannya pada tanggal 1 Juni.
Para pedagang mengatakan, mereka lebih berhati-hati mengenai Timur Tengah karena harapan untuk gencatan senjata di Gaza pupus.
Israel pada hari Minggu mendorong kembali ke Gaza Utara, sementara jumlah korban tewas dalam operasi militer Israel telah melampaui 35.000 warga Palestina, menurut kementerian kesehatan Gaza.
Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi Pada Awal Pekan Ini
“Investor akan mengamati data Indeks Harga Konsumen AS yang dirilis pada hari Rabu (15/5) untuk mendapatkan petunjuk kapan The Fed akan mempertimbangkan penurunan suku bunga,” kata Hodes.
Para analis memperkirakan, bank sentral AS akan mempertahankan suku bunga kebijakannya lebih lama. Sehingga mendukung dolar dan membuat minyak dalam mata uang dolar lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.
Komentar dari para pembuat kebijakan menunjukkan bahwa penurunan biaya pinjaman diperkirakan terjadi lebih cepat di Inggris dan Eropa dibandingkan di AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News