kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   -10.000   -0,51%
  • USD/IDR 16.355   -190,00   -1,15%
  • IDX 6.869   82,03   1,21%
  • KOMPAS100 995   15,18   1,55%
  • LQ45 764   10,59   1,40%
  • ISSI 223   2,25   1,02%
  • IDX30 395   4,66   1,19%
  • IDXHIDIV20 461   4,56   1,00%
  • IDX80 112   1,50   1,36%
  • IDXV30 114   0,50   0,44%
  • IDXQ30 128   1,96   1,56%

Harga Minyak Dunia Anjlok 5% Selasa (24/6), Seiring Gencatan Senjata Israel-Iran


Selasa, 24 Juni 2025 / 22:59 WIB
Harga Minyak Dunia Anjlok 5% Selasa (24/6), Seiring Gencatan Senjata Israel-Iran
ILUSTRASI. Harga minyak dunia turun sekitar 5% ke level terendah dalam dua pekan pada Selasa (24/6), setelah pengumuman gencatan senjata antara Israel dan Iran. REUTERS/Todd Korol


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID. Harga minyak dunia turun sekitar 5% ke level terendah dalam dua pekan pada Selasa (24/6), setelah pengumuman gencatan senjata antara Israel dan Iran meredakan kekhawatiran terganggunya pasokan minyak dari Timur Tengah.

Meski demikian, gencatan senjata tersebut masih rapuh, dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menuduh kedua pihak telah melanggarnya hanya beberapa jam setelah diumumkan.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Bergejolak, Menteri Bahlil: Berdoa Saja Supaya Harga Stabil

Melansir Reuters, harga minyak Brent turun US$3,29 atau 4,6% menjadi US$68,19 per barel pada pukul 10.43 EDT (21.43 WIB), sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) anjlok US$3,20 atau 4,7% menjadi US$65,31 per barel.

Kedua kontrak tersebut berada di jalur penutupan terendah sejak 10 Juni, atau sebelum Israel melancarkan serangan mendadak ke fasilitas militer dan nuklir Iran pada 13 Juni.

Ledakan masih terdengar di Teheran pada Selasa meski Trump menyatakan Israel telah membatalkan serangan udara atas permintaannya demi menjaga gencatan senjata yang baru saja berlaku.

“Saya tidak suka fakta bahwa Israel langsung menyerang setelah kesepakatan dicapai. Mereka tidak harus melakukannya, dan saya juga tidak suka balasan yang sangat kuat dari pihak seberang,” ujar Trump kepada wartawan.

Baca Juga: Harga Minyak Anjlok 7% Usai Iran Serang Pangkalan AS di Qatar, Bukan Jalur Tanker

Penurunan harga juga dipicu oleh pernyataan Trump di platform Truth Social yang menyebutkan bahwa China kini dapat kembali membeli minyak dari Iran, memicu kekhawatiran pasokan berlebih di pasar.

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, sebelumnya mengatakan bahwa dirinya telah memerintahkan militer melancarkan serangan baru ke target di Teheran sebagai respons atas dugaan serangan rudal dari Iran yang dinilai sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap gencatan senjata. Namun, Iran membantah telah menembakkan rudal apa pun.

Perang selama 12 hari terakhir telah menyebabkan volatilitas tinggi di pasar minyak. Pada Senin (23/6), minyak Brent tercatat diperdagangkan dalam rentang US$11,86 terluas sejak Juli 2022.

Kedua kontrak minyak juga sempat menguat ke level tertinggi lima bulan menyusul serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran pada akhir pekan lalu, namun ditutup melemah lebih dari 7% dalam sesi perdagangan sebelumnya.

“Harga minyak turun tajam karena serangan AS ke fasilitas nuklir Iran gagal memicu konflik yang lebih luas yang dapat mengancam pasokan kawasan,” tulis Barclays dalam catatan risetnya.

Baca Juga: Bursa Saham Global Menguat, Harga Minyak Anjlok Usai Trump Umumkan Gencatan Senjata

Keterlibatan langsung AS dalam konflik juga memfokuskan perhatian investor pada Selat Hormuz, jalur sempit antara Iran dan Oman yang dilalui oleh 18–19 juta barel minyak dan bahan bakar per hari sekitar 20% konsumsi global.

Sementara itu dari sisi suplai, perusahaan energi nasional Kazakhstan, KazMunayGaz, menaikkan proyeksi produksi minyak dari ladang minyak Tengiz yang dikelola Chevron menjadi 35,7 juta ton metrik pada 2025 dari sebelumnya 34,8 juta ton.

Kazakhstan sendiri merupakan anggota aliansi OPEC+, yang mencakup negara-negara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) serta mitra seperti Rusia.

“Sebelum pecahnya konflik Israel-Iran, kami sudah menyarankan posisi bearish karena peningkatan produksi OPEC+ yang menyebabkan suplai melimpah, ditambah potensi penurunan permintaan akibat tarif baru dari pemerintahan Trump,” tulis Ritterbusch and Associates, firma penasihat energi, dalam catatannya.

Selanjutnya: 97 WNI dari Iran Dievakuasi, 11 Orang Sudah Tiba di Indonesia

Menarik Dibaca: Musim Liburan, Gangguan Perjalanan Whoosh Akibat Layang-Layang Meningkat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×