Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. Harga minyak dunia ditutup melemah tipis pada perdagangan Selasa (10/6), seiring pelaku pasar mencermati hasil perundingan dagang antara Amerika Serikat dan China yang berpotensi mempengaruhi permintaan global energi.
Melansir Reuters, minyak mentah Brent turun 17 sen atau 0,25% menjadi US$66,87 per barel. Sementara West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 31 sen atau 0,47% ke US$64,98 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah di Bawah US$ 70, Begini Dampak terhadap Industri Manufaktur
Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan, pembicaraan dengan China di London berlangsung konstruktif pada hari kedua, dengan fokus pada pengendalian ekspor yang sempat memicu ketegangan baru antara dua ekonomi terbesar dunia.
“Ada optimisme terhadap hasil negosiasi ini. Pasar menunggu arah kebijakan yang akan muncul, dan ini menahan tekanan jual harga,” ujar Harry Tchilinguirian, Kepala Riset Onyx Capital.
Sinyal Pasokan dan Produksi OPEC+
Dari sisi pasokan, Reuters melaporkan bahwa Saudi Aramco akan mengirim sekitar 47 juta barel minyak ke China untuk pengiriman Juli, turun 1 juta barel dari volume alokasi bulan sebelumnya.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Tipis Selasa (10/6) Pagi, Brent ke US$ 67,16
Penurunan ini dinilai sebagai sinyal awal bahwa pelonggaran pemangkasan produksi OPEC+ tidak serta-merta meningkatkan pasokan secara signifikan.
OPEC+, yang mencakup negara-negara OPEC dan sekutunya seperti Rusia, telah menyepakati penambahan produksi sebesar 411.000 barel per hari (bph) untuk Juli, menandai kenaikan keempat berturut-turut dalam upaya mereka keluar dari kebijakan pemangkasan.
Namun, survei Reuters menunjukkan bahwa kenaikan produksi OPEC pada Mei masih terbatas, dengan Irak memproduksi di bawah target guna mengimbangi kelebihan produksi sebelumnya.
Sementara itu, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab hanya menambah produksi sedikit di bawah kuota yang disepakati.
Faktor Geopolitik Lain: Iran & Rusia
Dari sisi geopolitik, Iran menyatakan akan segera mengajukan kontra-usulan atas proposal nuklir AS yang dinilai “tidak dapat diterima.”
Presiden AS Donald Trump menegaskan perbedaan utama masih menyangkut hak Iran untuk memperkaya uranium di dalam negeri. Jika sanksi AS terhadap Iran dilonggarkan, potensi peningkatan ekspor minyak Iran bisa menekan harga minyak global.
Baca Juga: Harga Emas Melemah Selasa (10/6), Pasar Pantau Ketat Negosiasi Dagang AS-China
Sementara itu, Komisi Eropa mengusulkan paket sanksi ke-18 terhadap Rusia, dengan target pada pendapatan energi, sektor perbankan, dan industri pertahanan.
Rusia, produsen minyak terbesar kedua di dunia pada 2024 setelah AS, diperkirakan akan semakin kesulitan menyalurkan minyaknya ke pasar global jika sanksi diperketat, yang berpotensi menopang harga minyak.
Stok Minyak AS Diperkirakan Naik
Pelaku pasar juga menantikan data persediaan minyak mentah mingguan dari American Petroleum Institute (API) dan Energy Information Administration (EIA).
Analis memperkirakan ada tambahan sekitar 100.000 barel ke dalam stok minyak AS pada pekan yang berakhir 6 Juni.
Jika terealisasi, ini akan menjadi kenaikan pertama dalam tiga minggu terakhir dan jauh di bawah rata-rata lima tahun terakhir sebesar 2,8 juta barel.
Selanjutnya: Pemerintah Cabut Izin Empat Penambang Nikel
Menarik Dibaca: Ramalan Zodiak Hari Ini Rabu 11 Juni 2025: Leo, Scorpio dan Sagitarius Hoki
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News