Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak dunia ditutup melemah sekitar 2% pada Kamis (15/5), dipicu oleh ekspektasi tercapainya kesepakatan nuklir antara Amerika Serikat (AS) dan Iran yang berpotensi melonggarkan sanksi dan menambah pasokan minyak ke pasar global.
Melansir Reuters, harga minyak Brent ditutup turun US$1,56 atau 2,36% ke level US$64,53 per barel.
Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun US$1,53 atau 2,42% menjadi US$61,62 per barel.
Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa negosiasi dengan Iran "hampir mencapai kesepakatan", dan menyebut Teheran “semacam” telah menyetujui syarat-syarat perjanjian tersebut.
Seorang pejabat Iran mengatakan kepada NBC News bahwa Iran bersedia mencapai kesepakatan dengan AS asalkan sanksi ekonomi dicabut.
“Setiap pelonggaran sanksi yang terjadi segera setelah kesepakatan nuklir dapat membuka tambahan 800.000 barel per hari minyak Iran ke pasar global ini tentu saja menjadi faktor bearish bagi harga,” kata analis SEB, Ole Hvalbye.
Meski demikian, ketegangan tetap tinggi. Departemen Keuangan AS pada Rabu mengumumkan sanksi baru terhadap upaya Iran memproduksi komponen rudal balistik secara domestik.
Sanksi ini menyusul pembatasan pada jaringan sekitar 20 perusahaan yang dituduh menyalurkan minyak Iran ke China.
Sanksi tersebut muncul setelah putaran keempat pembicaraan AS-Iran di Oman dalam upaya menyelesaikan perselisihan seputar program nuklir Iran.
“Kita melihat fluktuasi besar: dari Trump yang ingin memangkas ekspor Iran hingga nol, hingga kini membicarakan kemungkinan mengembalikan Iran ke komunitas internasional. Ancaman pasokan datang dari dua arah — bisa dari minyak Iran yang diselundupkan atau dari kembalinya produksi Iran sepenuhnya ke pasar. Ini yang memicu volatilitas harga,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital, New York.
Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin menolak undangan bertemu langsung dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy di Turki, meredupkan harapan akan tercapainya perdamaian.
Zelenskiy menyebut keputusan Putin yang hanya mengirim delegasi “dekoratif” menunjukkan bahwa pemimpin Rusia itu tidak serius mengakhiri perang.
“Sikap Putin ini cenderung mendukung harga, karena salah satu argumen bearish adalah jika konflik Ukraina-Rusia mereda, maka pasokan Rusia bisa kembali ke pasar global,” ujar Kilduff.
Sementara itu, Badan Energi Internasional (IEA) menaikkan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global pada 2025 menjadi 740.000 barel per hari (bph), naik 20.000 bph dari laporan sebelumnya, didorong prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi serta harga minyak yang lebih rendah.
Namun, untuk sisa tahun ini, IEA memperkirakan permintaan hanya akan tumbuh 650.000 bph, menurun dari pertumbuhan hampir 1 juta bph pada kuartal pertama, karena tekanan ekonomi dan peningkatan penjualan kendaraan listrik.
Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya dalam OPEC+ masih terus menambah pasokan.
Namun, OPEC memangkas perkiraan pertumbuhan pasokan dari AS dan negara-negara non-OPEC+ lainnya pada tahun ini.
Menambah tekanan pada harga, data Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS naik 3,5 juta barel menjadi 441,8 juta barel pada pekan lalu jauh di atas ekspektasi analis dalam survei Reuters yang memperkirakan penurunan sebesar 1,1 juta barel.
Sementara itu, ekspor minyak CPC Blend dari wilayah Laut Hitam diperkirakan mencapai 1,6 hingga 1,7 juta bph pada Juni, lebih tinggi dibandingkan 1,5 juta bph yang dijadwalkan untuk Mei, menurut beberapa sumber perdagangan kepada Reuters.
Selanjutnya: Malaysia Tarik Produk RI Halal Mengandung Unsur Babi, Ini Mereknya
Menarik Dibaca: Cara Membuat Google Form dalam 5 Menit, Gampang dan Gratis, Coba Sekarang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News