Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah acuan melemah pada penutupan perdagangan Jumat (14/8). Sentimen utama datang dari kekhawatiran pemulihan permintaan akan lebih lambat dari yang diharapkan sementara meningkatnya pasokan juga membayangi optimisme atas penurunan persediaan minyak mentah dan bahan bakar.
Mengutip Reuters, Jumat (14/8) harga minyak mentah jenis Brent kontrak pengiriman Oktober 2020 di ICE Futures turun 16 sen menjadi US$ 44,80 per barel.
Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman September 2020 juga ditutup melemah 23 sen ke US$ 42,01 per barel.
Baca Juga: Wall Street melemah, S&P 500 kembali gagal sentuh level tertinggi baru
Namun, untuk pekan ini harga minyak Brent sudah menguat 0,9% dan WTI melesat 1,9%.
Pelemahan harga minyak di akhir pekan terjadi setelah International Energy Agency (IEA) and Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) memangkas perkiraan permintaan minyak 2020. Di saat yang sama, OPEC dan sekutunya, yang dikenal dalam OPEC+, juga sudah meningkatkan produksi minyak di bulan ini setelah tiga bulan melakukan rekor pemangkasan produksi demi mengerek harga minyak.
"Saat ini juga muncul pertanyaan dalam gambaran besar adalah apakah penyebaran virus corona akan terus berdampak pada kembalinya permintaan bensin dan solar," kata Andy Lipow dari Lipow Oil Associates di Houston.
Padahal di awal awal pekan ini, harga emas hitam sempat menguat tajam berkat sokongan dari data pemerintah Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan minyak mentah, bensin, dan persediaan sulingan turun di pekan lalu. Ini terjadi setelah tempat penyulingan meningkatkan produksi dan permintaan produk minyak naik.
"Jika tren itu berlanjut, itu sangat mendukung harga dan akan mendorong harga lebih tinggi," kata Phil Flynn, Senior Analyst Price Futures Group di Chicago.
Jumlah rig minyak dan gas AS, indikator pasokan di masa depan, turun minggu ini selama 15 minggu berturut-turut ke rekor terendah, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes.
Baca Juga: Minggu terburuk, harga emas jatuh hampir 5%
"Pasar ingin keluar, tetapi kami tampaknya belum dapat menindaklanjuti karena pertanyaan yang masih ada tentang virus corona," kata Flynn.
Minyak telah pulih dari posisi terendah yang disentuh di bulan April, ketika WTI sempat berbalik negatif. Namun, peningkatan jumlah infeksi virus corona baru telah membatasi kenaikan harga. India melaporkan rekor kenaikan harian lainnya pada hari Kamis.
Seperti diketahui, OPEC+, telah memangkas produksi sejak Mei sekitar 10% dari permintaan global sebelum pandemi untuk mendukung pasar. Kesepakatan itu menyerukan peningkatan output bulan ini karena permintaan pulih.
Panel OPEC + bertemu pada hari Rabu untuk meninjau pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News