Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak masih bergerak di kisaran sempit pada pertengahan perdagangan pekan ini. Rabu (10/10) pukul 7.15 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman November 2018 di New York Mercantile Exchange turun 0,25% ke US$ 74,77 per barel dari posisi kemarin pada US$ 74,96 per barel.
Harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini menguat 0,90% pada perdagangan kemarin. Tapi, dalam lima hari perdagangan terakhir, harga minyak masih bergerak di antara US$ 74-US$ 75 per barel.
Harga minyak brent untuk pengiriman Desember 2018 di ICE Futures pun hari ini turun tipis 0,06% ke US$ 84,95 per barel dari harga penutupan kemarin pada US$ 85 per barel.
Kemarin, harga minyak brent yang merupakan minyak acuan internasional ini menguat 1,30% ke US$ 85 per barel. Tapi, level harga masih berada di bawah rekor tahun ini pada US$ 86,29 per barel pada Rabu pekan lalu.
Harga minyak menguat pada perdaganagn kemarin setelah adanya laporan penurunan ekspor minyak Iran. Sekadar mengingatkan, sanksi AS berupa penutupan ekspor minyak Iran mulai berlaku 4 November atau empat pekan lagi.
Data Refinitiv Eikon menunjukkan, ekspor minyak Iran mencapai 1,1 juta barel per hari pada pekan pertama Oktober. Sumber Reuters melaporkan, ekspor minyak Iran pun makin turun di bawah level 1 juta barel per hari.
Angka ini turun jauh daripada 2,5 juta barel per hari pada April lalu, sebelum Presiden AS Donald Trump menarik kesepakatan nuklir tahun 2015 dan menerapkan kembali sanksi pada Iran.
AS melarang pihak mana pun untuk membeli minyak dari Iran dan menargetkan Iran sama sekali tidak mengekspor minyak mulai 4 November.
"Berkembang kekhawatiran bahwa produsen seperti Arab Saudi dan Rusia akan kesulitan menutup potensi penurunan produksi dari Iran dan Venezuela, ini yang menyebabkan harga minyak naik,"kata Abhishek Kumar, senior energy analyst Interfax Energy kepada Reuters.
Sentimen penghangat harga minyak lain adalah pemangkasan produksi minyak di Teluk Meksiko hingga 40% pada Selasa (9/10) menjelang kedatangan badai Michael di pantai Florida, AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News