Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
Meski demikian, tidak menutup kemungkinan bagi ITMG untuk mengakuisisi aset tambang ke depan. Hal ini sejalan dengan strategi ITMG yakni pertumbuhan anorganik untuk meningkatkan sumberdaya dan jumlah cadangan layak tambang.
Yulius mengatakan, harga batubara dunia akan bergantung pada posisi pasokan dan permintaan global. Pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat saat ini sebagai akibat perang dagang akan mempengaruhi pertumbuhan permintaan batubara.
Sementara itu, kebijakan impor batubara oleh Pemerintah China juga merupakan faktor penentu harga batubara global.
Tidak ketinggalan, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) juga puasa akuisisi tambang baru pada tahun ini.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) mengantongi kontrak penjualan batubara 2 juta ton ke Taiwan
Kepada Kontan.co.id, Sekretaris Perusahaan Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan, salah satu alasan BUMI tidak melakukan akuisisi adalah masih melimpahnya cadangan batubara di tiga asset tambangnya, yakni KPC, Arutmin, dan Pendopo.
Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Alfred Nainggolan mengatakan, harga batubara memiliki potensi untuk bangkit pada kuartal IV ini. Sebab, musim dingin yang terjadi di beberapa Negara subtropis diharapkan akan mengerek permintaan batubara dunia.
Selain musim dingin, pertumbuhan ekonomi China yang melambat juga dapat menjadi berkah bagi emiten batubara. Sebab, harga batubara yang relatif murah dapat mendorong China untuk meningkatkan permintaan akan batubara untuk mendorong efisiensi.
Pada 2020, Alfred memperkirakan kinerja emiten batubara akan lebih bertopang pada naiknya volume penjualan, bukan dari kenaikan harga komoditas.
“Ketergantungannya lebih kepada pertumbuhan volume penjualan untuk mendongkrak topline,” ujar Alfred.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News