CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.348.000   -16.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.725   -32,00   -0,19%
  • IDX 8.414   -5,56   -0,07%
  • KOMPAS100 1.163   -1,38   -0,12%
  • LQ45 846   -2,34   -0,28%
  • ISSI 294   -0,29   -0,10%
  • IDX30 440   -1,80   -0,41%
  • IDXHIDIV20 510   -4,13   -0,80%
  • IDX80 131   -0,28   -0,21%
  • IDXV30 135   -0,09   -0,06%
  • IDXQ30 141   -1,39   -0,98%

Harga Komoditas Energi Bergerak Bervariasi, Sentimen Geopolitik Tekan Minyak


Jumat, 21 November 2025 / 19:47 WIB
Harga Komoditas Energi Bergerak Bervariasi, Sentimen Geopolitik Tekan Minyak
ILUSTRASI. Mengutip Trading Economics pada Jumat (21/11/2025) pukul 19.25 WIB, minyak mentah WTI merosot 0,98% secara harian ke US$ 58,42 per barel.


Reporter: Wafidashfa Cessarry | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga komoditas energi bergerak bervariasi seiring pasar merespons kombinasi faktor geopolitik dan permintaan musiman yang berbeda pada masing-masing komoditas.

Mengutip Trading Economics pada Jumat (21/11/2025) pukul 19.25 WIB, minyak mentah WTI merosot 0,98% secara harian ke US$ 58,42 per barel, sementara harga gas alam naik 1,37% ke US$4,53 per MMBtu.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, pelemahan harga minyak dipicu meningkatnya ekspektasi pasokan global setelah sinyal perundingan damai Ukraina–Rusia.

“Jika sanksi terhadap Rusia dibuka, pasokan minyak bisa melonjak dan memicu kelebihan pasokan global,” ujarnya.

Baca Juga: Kinerja Saham Lapis Kedua Terus Melaju, Perhatikan Rekomendasi Berikut!

Sebaliknya, harga gas alam terdorong naik akibat perkiraan cuaca dingin di AS yang diprediksi meningkatkan permintaan pemanas. “Perkiraan cuaca terbaru lebih dingin menjelang awal Desember memicu pembelian karena ekspektasi adanya permintaan pemanas,” kata Sutopo kepada Kontan, Jumat (21/11/2025).

Analis Komoditas dan Founder Traderindo.com Wahyu Laksono menilai, pergerakan berlawanan ini wajar karena minyak dan gas sensitif pada faktor yang berbeda. “Harga minyak lebih sensitif pada prospek ekonomi global dan kebijakan OPEC+, sementara gas alam lebih dipengaruhi cuaca serta persediaan domestik menjelang musim dingin,” jelasnya.

Menjelang akhir tahun, sentimen pasar energi masih dibentuk oleh keputusan produksi OPEC+, arah suku bunga The Fed, cuaca musim dingin, hingga perkembangan geopolitik. Sentimen terhadap minyak dipengaruhi potensi peningkatan pasokan non-OPEC serta efektivitas pemangkasan produksi OPEC+.

Untuk gas alam, tingkat keparahan musim dingin di AS menjadi variabel terbesar yang menggerakkan harga. Wahyu menambahkan bahwa laporan persediaan EIA dan tren permintaan musiman tetap menjadi faktor penentu jangka pendek.

Sutopo memperkirakan, harga minyak WTI masih berada dalam tren bearish dan berpotensi menguji area US$53–US$56 per barel, dengan peluang naik ke US$63–US$65 jika terjadi pemotongan produksi tambahan atau jika perundingan damai tidak menghasilkan perubahan pasokan.

Baca Juga: IHSG Menguat Tipis Sepekan, Ini Sentimen yang Menggerakkan Pasar

Sementara itu, harga gas alam berpeluang menembus US$4,8–US$5,2 per MMBtu jika musim dingin lebih ekstrem, namun bisa kembali melemah menuju US$4,0–US$4,2 apabila produksi AS tetap tinggi atau cuaca menghangat.

Sedangkan Wahyu memproyeksikan harga WTI hingga akhir tahun cenderung bergerak di kisaran US$55–US$65 per barel, terbatas oleh kekhawatiran permintaan yang melemah. Untuk gas alam, berpotensi mencapai US$5.000 per MMBtu karena penguatan musiman tetap terbuka, namun oversupply struktural membuat ruang kenaikan signifikan menjadi terbatas.

Selanjutnya: Korea Selatan Pensiunkan Dini PLTU, Ini Dampaknya Ekspor Batubara RI

Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (22/11), Hujan Ekstrem di Provinsi Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×