Reporter: Didik Purwanto, Avanty Nurdiana | Editor: Edy Can
JAKARTA. Kemarin (26/01), pemerintah akhirnya mengumumkan harga penawaran perdana (initial public offering/IPO) PT Garuda Indonesia sebesar Rp 750 per saham. Dengan harga sebesar itu, pemerintah akan mendapatkan dana segar Rp 4,77 triliun dari penjualan 6,35 miliar saham perdana Garuda.
Harga IPO tersebut hanya berada di batas bawah kisaran harga yang diinginkan pemerintah, yakni Rp 750-Rp 1.100 per saham.
Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengatakan, ini adalah harga paling optimal yang mampu diraih Garuda. Agaknya, karena rendahnya harga itu lah, Garuda hanya melepas 26% saham atau 6,35 miliar saham. Padahal tadinya Garuda berencana melepas 36% atau 9,36 miliar sahamnya.
Namun, Mustafa menandaskan, nilai pelepasan tersebut sudah cukup, bahkan terjadi kelebihan permintaan sebanyak 1,3 kali.
Dalam IPO Garuda ini, minimal 80% saham akan dialokasikan untuk investor domestik, baik ritel maupun institusional. Adapun investor asing akan mendapatkan jatah 20% saham atau senilai Rp 950 miliar. Meski porsi asing cukup mendominasi, Mustafa yakin investor asing tersebut akan berinvestasi jangka panjang di sini. Dia juga menjanjikan harga saham Garuda di pasar sekunder bisa baik.
Analis E-Trading Securities Tedy Dwitama menduga, IPO Garuda akan diserbu peminat baru. Dus, harga saham Garuda juga bisa terbang tinggi di hari perdana perdagangannya di bursa, seperti yang terjadi pada IPO PT Krakatau Steel Tbk (KRAS). "Apalagi saham ini BUMN, dan kabarnya peminatnya banyak," kata dia. Karena itu, menurut Tedy, investor yang suka berspekulasi bisa menjajal peruntungan di IPO Garuda ini.
Belum bagikan dividen
Namun, ada beberapa hal yang harus dicermati oleh para investor. Meski dipasang di target terendah, harga IPO Garuda Indonesia terbilang cukup mahal. Pada harga Rp 750 per saham, rasio harga terhadap laba per saham alias price to earning ratio (PER) Garuda sudah mencapai 32,41 kali. Ini lebih tinggi dibandingkan PER industri yang hanya 32 kali.
Selain itu, menurut hitungan Tedy, rasio utang terhadap ekuitas Garuda juga cukup tinggi, yaitu 3,52 kali.
Mahalnya harga IPO Garuda juga menjadi sorotan Michael Hadisurya, Analis Valbury Asia Securities, dalam risetnya. Selain itu, "Hal yang perlu dipertimbangkan, Garuda belum membagikan dividen karena kerugian akumulatif dari tahun sebelumnya," ujarnya.
Tapi karena Garuda adalah maskapai terbesar di Indonesia, Michael menilai saham Garuda layak untuk investasikan jangka panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News