Reporter: Rashif Usman | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga gandum masih berada di bawah tekanan. Namun, pelemahan harga komoditas biji-bijian ini dapat menjadi peluang menguntungkan bagi emiten yang bergantung pada gandum sebagai bahan baku.
Berdasarkan data tradingeconomics, Jumat (13/12), harga gandum berada di level US$ 551,75 per bushel atau melemah 10,39% dalam setahun perdagangan terakhir dan menguat 4,05% dalam sebulan.
Researcher Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo menjelaskan bahwa penurunan harga gandum dapat berdampak positif terhadap penurunan harga bahan baku. Namun, pelemahan nilai tukar rupiah tetap menjadi perhatian.
Menurutnya, meskipun perusahaan memiliki strategi masing-masing, seperti melakukan hedging untuk mengantisipasi pelemahan rupiah, fluktuasi rupiah yang signifikan tetap berpotensi menimbulkan kerugian akibat selisih kurs yang tinggi.
Baca Juga: Beda Arah, Tengok Harga Saham TINS, LPKR, dan MAPA di Perdagangan Bursa Senin (7/10)
"Tantangan saat ini lebih pada daya beli dan juga tensi geopolitik yang masih bisa memanas karena masih belum adanya kestabilan geopolitik," kata Azis kepada Kontan, Jumat (13/12).
Azis merekomendasikan buy saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dengan target harga Rp 14.900.
Sementara itu, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Dimas Krisna Ramadhani menilai bahwa penurunan harga gandum memberikan dampak positif terhadap profitabilitas sejumlah emiten, seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), ICBP, PT Mayora Indah Tbk (MYOR), dan PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI).
Sebab, penurunan biaya bahan baku berpotensi meningkatkan margin keuntungan bagi perusahaan-perusahaan tersebut.
Namun demikian, emiten-emiten tersebut juga menghadapi tantangan berupa tekanan terhadap margin keuntungan akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Sejak 1 November, rupiah telah melemah sekitar 2% terhadap dolar AS. Meski begitu, Dimas memprediksi bahwa Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan mempertahankan suku bunga di level 6%.
Keputusan ini diharapkan dapat menarik aliran dana asing ke Indonesia, memperkuat nilai tukar rupiah, dan pada akhirnya membantu meningkatkan margin keuntungan emiten-emiten terkait.
"Kita perlu mencermati mana yang lebih berpengaruh, apakah dampak positif dari penurunan harga gandum atau tekanan dari pelemahan rupiah," ujar Dimas kepada Kontan pada Jumat (13/12).
Sementara itu, data arus dana asing (foreign flow) menunjukkan terjadinya outflow yang cukup besar di tengah momentum window dressing.
Namun, saham INDF tetap menarik perhatian karena data foreign flow menunjukkan investor asing telah melakukan akumulasi besar sejak September lalu.
Dilihat dari sisi teknikalnya juga INDF berpotensi untuk breakout sideways yang sudah terjadi sejak 2018 silam dilihat dari volume dan momentum kenaikannya.
Selanjutnya: Update Grafik Harga Emas Antam Hari Ini, Bergeming Tak Berubah (15 Desember 2024)
Menarik Dibaca: Gado-Gado Boplo Jadi Inspirasi Pengusaha Muda di Idepreneurs Exclusive Session
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News