Reporter: Yasmine Maghfira | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya 25 basis poin. Berdasarkan data RTI, pembukaan perdagangan emas spot Jumat (2/8) naik ke level US$ 1.444,75 per ons troi. Kemudian ditutup dengan mengalami penurunan ke level US$ 1.437,10 per ons troi atau turun 0,55%.
Kendati demikian, secara year to date kenaikan komoditas emas masih mencapai 11,98%.
Keputusan Federal Reserve bisa berdampak kepada emiten yang mengandalkan pendapatan dari komoditas emas, seperti Aneka Tambang Tbk (ANTM, anggota indeks Kompas100), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), atau PT Indika Energy Tbk (INDY, anggota indeks Kompas100) dan PT United Tractors Tbk (UNTR, anggota indeks Kompas100) yang terbilang baru masuk ke bisnis emas.
Baca Juga: Cucu usaha Astra ini raih kontrak PLTU di semester I-2019
Analis Jasa Utama Capital Chris Apriolony mengatakan kepada Kontan.co.id pada Jumat (2/8), perusahaan dengan komoditas emas masih menarik dan layak untuk di pertimbangkan. Sebab, efek kondisi ekonomi global yang tidak pasti seharusnya dapat kembali membuat emas mencetak kenaikan.
Buktinya, United Tractors mampu mencatatkan kenaikan pendapatan 11% sepanjang paruh pertama tahun ini. Kontribusi pendapatan di bisnis emas UNTR mampu mengimbangi penurunan pendapatan dari bisnis inti perusahaan, yakni penjualan alat berat.
Tercatat, pendapatan bersih UNTR mencapai Rp 43,3 triliun, sedangkan paruh pertama tahun 2018 sebesar Rp 38,94 triliun.
Baca Juga: Para emiten batubara mendulang untung dari produksi batubara kokas
Sekadar informasi, UNTR memiliki beberapa unit bisnis. Antara lain mesin konstruksi, kontraktor penambangan, pertambangan batubara, pertambangan emas, dan industri jasa konstruksi.
Sejalan dengan pendapatan, laba United Tractors juga meningkat tipis 2% menjadi Rp 5,6 triliun dari Rp 5,5 triliun pada periode yang sama tahun 2018. Pertumbuhan laba didorong oleh kinerja unit bisnis kontraktor penambangan dan kontribusi pertambangan emas.
Investor Relations UNTR Ari Setiyawan mengatakan saat ini kontribusi unit usaha perusahaan masih lebih besar, salah satunya industri batubara thermal. Namun, penurunan di industri pertambangan batubara tentu menjadi tantangan berat yang dihadapi UNTR.
"Kami berharap bidang usaha non-batubara dapat mengompensasi sebagian penurunan di bidang usaha lain," ujar Ari kepada Kontan.co.id pada Sabtu (3/8).
Baca Juga: IHSG tergelincir di awal perdagangan hari ini
Berdasarkan laporan perkembangan usaha yang UNTR rilis, tercatat sampai dengan bulan Juni 2019, total penjualan emas UNTR dari tambang emas Martabe, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara sebanyak 194.000 ons troi, sedangkan pendapatan bersih unit usaha itu sebesar Rp 3,6 triliun.
Sementara untuk unit usaha Kontraktor Penambangan, perusahaan membukukan peningkatan laba bersih sebesar 11% menjadi Rp 19,3 triliun.
Tercatat, peningkatan volume produksi batubara sebesar 7% dari 56,6 juta ton menjadi 60,8 juta ton, sedangkan volume pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) meningkat sebesar 5% dari 445,5 juta bcm menjadi 469 juta bcm.
Ari menambahkan perusahaan berharap unit usaha Kontraktor Penambangan tetap dapat mempertahankan target produksinya melalui kerjasama dengan para klien.
"Pada tahun 2019 ini, kami juga ingin unit usaha tambang batubara ataupun emas dapat menjual sekitar 8,8 juta ton," tambah Ari.
Baca Juga: Kinerja produsen batubara kalori tinggi dan kokas masih moncer di semester I 2019
Perusahaan mengupayakan penjualan UNTR di tahun ini mencapai 8,8 juta ton dengan rincian kontribusi dari batubara kokas (coking coal) dapat meningkat hingga 1,4 juta ton. Sementara penjualan tambang emas mencapai 400 ribu ons per troi.
Sampai paruh pertama 2019, penjualan tambang batubara UNTR sudah mencapai 4,9 juta ton, termasuk kontribusi batubara kokas sebesar 674 ribu ton. Selain itu, bidang usaha pertambangan memberi kontribusi sekitar 15%-20% dari net profit UNTR.
Ari juga mengatakan sejauh ini unit usaha yang cukup diandalkan oleh perusahaan adalah pertambangan emas dan batubara kokas.
"Dua unit usaha itu adalah salah satu contoh diversifikasi yang dijalankan Perseroan, karena tantangan di industri batubara kemungkinan masih akan terjadi sampai akhir tahun," kata Ari.
Baca Juga: Enam saham merah, ini 10 saham LQ45 dengan PER terkecil (31 Juli 2019)
Perihal model bisnis UNTR, Chris menjelaskan investor tetap perlu mencermati masing-masing perusahaan. Sebab, seperti UNTR yang bisnis intinya bukan di tambang emas.
Kedua emiten itu mempunyai unit bisnis batubara, sedangkan kondisi harga batubara saat ini turun. Jika porsi tambang emas kedua emiten masih kecil dibandingkan unit bisnis yang lain, itu akan berdampak negatif ke pendapatan perusahaan.
Chris juga menyatakan akan lebih baik jika perusahaan seperti United Tractors dapat mendiversifikasi pendapatannya sehingga lebih stabil.
Menanggapi hal itu, Ari menjelaskan UNTR akan terus menjalankan strategi diversifikasi usaha agar portofolio emiten itu lebih berimbang dan mengurangi ketergantungan pada industri batubara thermal.
Baca Juga: Berlaku hari ini, berikut daftar lengkap emiten anggota indeks LQ45
Mengenai ekspansi usaha, UNTR memilih mengembangkan dahulu unit usaha perusahaan di bidang pertambangan emas, coking coal, pembangunan power plant atau energi, dan kontraktor konstruksi.
"Kami akan terus melanjutkan unit-unit usaha kami apabila ada peluang sebagai strategi diversifikasi usaha," tutup Ari.
Sementara itu, pada Jumat (2/8) lalu, pembukaan harga saham United Tractors berada di zona merah di level Rp 24.300 per saham, sedangkan saat penutupan perdagangan UNTR naik 0,51% atau setara 125 poin ke level Rp 24.575 per saham.
Performa saham UNTR pada pekan lalu turun 7,35%. Secara year to date saham emiten ini juga merosot 10,15%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News