Reporter: Yasmine Maghfira | Editor: Tendi Mahadi
Perihal model bisnis UNTR, Chris menjelaskan investor tetap perlu mencermati masing-masing perusahaan. Sebab, seperti UNTR yang bisnis intinya bukan di tambang emas.
Kedua emiten itu mempunyai unit bisnis batubara, sedangkan kondisi harga batubara saat ini turun. Jika porsi tambang emas kedua emiten masih kecil dibandingkan unit bisnis yang lain, itu akan berdampak negatif ke pendapatan perusahaan.
Chris juga menyatakan akan lebih baik jika perusahaan seperti United Tractors dapat mendiversifikasi pendapatannya sehingga lebih stabil.
Menanggapi hal itu, Ari menjelaskan UNTR akan terus menjalankan strategi diversifikasi usaha agar portofolio emiten itu lebih berimbang dan mengurangi ketergantungan pada industri batubara thermal.
Baca Juga: Berlaku hari ini, berikut daftar lengkap emiten anggota indeks LQ45
Mengenai ekspansi usaha, UNTR memilih mengembangkan dahulu unit usaha perusahaan di bidang pertambangan emas, coking coal, pembangunan power plant atau energi, dan kontraktor konstruksi.
"Kami akan terus melanjutkan unit-unit usaha kami apabila ada peluang sebagai strategi diversifikasi usaha," tutup Ari.
Sementara itu, pada Jumat (2/8) lalu, pembukaan harga saham United Tractors berada di zona merah di level Rp 24.300 per saham, sedangkan saat penutupan perdagangan UNTR naik 0,51% atau setara 125 poin ke level Rp 24.575 per saham.
Performa saham UNTR pada pekan lalu turun 7,35%. Secara year to date saham emiten ini juga merosot 10,15%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News