Reporter: Dimas Andi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
“Kenaikan harga saham emiten emas biasanya sudah mendahului harga emas global. Sebab, para pelaku pasar sudah lebih dahulu mengekspektasikan tren bullish harga emas sejak beberapa waktu lalu,” jelasnya.
Oleh karena itu, menurut Ekky, wajar jika setelah emas menembus US$ 4.000, investor memilih untuk melakukan profit taking.
“Setelah euforia yang cukup panjang, wajar apabila muncul fase konsolidasi seperti yang terlihat beberapa hari terakhir,” imbuh dia.
Dari sisi fundamental, harga emas yang tinggi tetap menjadi angin segar bagi kinerja keuangan emiten emas dalam jangka menengah. Margin keuntungan berpotensi meningkat, terutama bagi perusahaan dengan cadangan besar dan efisiensi biaya yang baik.
Namun, tantangan tetap membayangi, seperti kenaikan biaya produksi dan ketergantungan terhadap bahan baku impor yang rentan terhadap fluktuasi kurs.
“Walau demikian, tantangan ini masih wajar, karena secara umum laba perusahaan emas tetap menunjukkan tren kenaikan dari tahun ke tahun, meski biaya produksi dan beban usaha ikut meningkat,” terang Thoriq.
Thoriq berpendapat bahwa saham emiten emas dan instrumen berbasis emas memiliki karakteristik yang berbeda. Harga saham produsen emas tampak lebih fluktuatif, tetapi menawarkan potensi capital gain yang lebih besar tanpa harus berhadapan dengan selisih harga jual dan beli seperti emas batangan.
Adapun emas batangan memiliki harga yang cenderung lebih stabil, sehingga cocok bagi investor pemula yang mencari instrumen lindung nilai.
Lantas, peluang investasi di saham emiten emas masih terbuka, terutama jika harga saham bergerak sideways atau berada di level yang wajar. Saham emas yang terlihat bergerak lamban biasanya tetap berpeluang naik secara bertahap jika berkaca dari pergerakan historisnya.
“Namun, investor perlu hati-hati agar tidak masuk ketika harga saham sudah terlalu tinggi karena risiko capital loss akan makin besar,” tutur Thoriq.
Dari sisi prospek, Ekky menilai saham-saham emas tetap menjanjikan, terutama bagi emiten dengan fundamental kuat dan valuasi menarik.
Tonton: Harga Emas Antam Kembali Menguat Hari Ini (9 Oktober 2025)
“Oleh karena itu, investor sebaiknya fokus pada emiten yang memiliki fundamental kuat, efisiensi tinggi, valuasi masih relatif murah, dan proyek ekspansi yang berkelanjutan,” jelas dia.
Untuk jangka pendek, Ekky merekomendasikan saham MDKA dan PSAB karena keduanya baru menunjukkan momentum kenaikan. Ia menargetkan harga MDKA menuju Rp 3.000 dan PSAB ke Rp 700 per saham.
Sementara itu, Thoriq juga menyarankan PSAB dan ANTM sebagai pilihan untuk dicermati.
Target harga PSAB di Rp 700 dengan stop loss Rp 580, sedangkan ANTM ditargetkan ke Rp 3.600 per saham dengan stop loss Rp 3.170.
Selanjutnya: Intip Prediksi IHSG dan Rekomendasi Saham Jelang Akhir Pekan, Jumat (10/10)
Menarik Dibaca: Promo JSM Indomaret Periode 10-12 Oktober 2025, Quaker Oats-Attack Diskon hingga 40%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News