Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas dunia naik cukup signifikan belakangan ini. Berdasarkan data tradingeconomics.com, harga emas dunia berada di level US$ 1.988 per ons troi per Jumat (17/3), naik sekitar 5,74% dari level akhir pekan sebelumnya di sekitar US$ 1.880 per ons troi.
Emas batangan Antam pada Sabtu (18/3) dihargai Rp 1.088.000 per gram. Harga ini naik dari Sabtu (11/3) yang sebesar Rp 1.049.000 per gram dan Rp 1.020.000 per gram pada Rabu (8/3).
Chief Analyst DCFX Futures Lukman Leong mengatakan, harga emas sebenarnya sudah naik dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini dipicu oleh sentimen pembelian oleh bank-bank sentral dunia.
Lalu, kenaikan emas tertahan saat inflasi tinggi seperti yang terjadi belakangan ini. Pasalnya, peningkatan inflasi yang signifikan membuat bank-bank sentral menaikkan suku bunga sehingga menahan kenaikan lebih lanjut harga emas.
Baca Juga: Reksadana Indeks Terseret Sentimen Negatif di Pasar Saham, Berikut Prospeknya
Namun, dengan perkembangan akhir-akhir ini, emas kembali menjadi aset safe haven yang diincar para investor. Pasalnya, dengan adanya ekspektasi perlambatan ekonomi dunia dan krisis perbankan yang akan semakin menekan pertumbuhan, investor memperkirakan bank-bank sentral akan mulai menahan kenaikan suku bunga dan menurunkannya lebih awal.
"Dengan harapan menurunnya carrying cost, ketidakpastian ekonomi, perang Ukraina-Rusia, dan tensi geopolitik China-Amerika Serikat, maka emas sebagai safe haven menjadi tujuan investasi," ucap Lukman.
Lukman memprediksi, harga emas dapat mencapai level US$ 2.100 bahkan US$ 2.200 per ons troi pada 2023. Koreksi harga dapat saja terjadi, tetapi tidak signifikan.
Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono juga memprediksi, harga emas pada tahun 2023 akan berada dalam kisaran US$ 1.600-US$ 2.300 per ons troi. Target wajarnya berada di US$ 2.100 per ons troi sehingga masih ada potensi kenaikan dari harga saat ini.
Menurut Wahyu, kenaikan harga emas terjadi karena pelaku pasar mencium risiko tinggi terkait krisis perbankan. Mulai dari keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB), bank regional AS, dan Credit Suisse. Semua ini menandakan adanya dampak kebijakan moneter ketat The Fed.
Baca Juga: Rekomendasi Saham Pilihan dan Arah IHSG di Tengah Pekan FOMC The Fed
Arah dari semua ini akan berujung pada penyelamatan dan likuiditas. Krisis inilah yang menjadi kondisi ideal bagi emas karena senantiasa menjadi safe haven seperti saat krisis ekonomi global sebelumnya.
Secara tradisional, ia juga meyakini emas tidak akan kehilangan pamor.
"Bank sentral, investor institusi, retail, masyarakat umum, semua masih menganggap emas aset penting untuk jangka panjang. Sebagai safe haven, inflation hedge, dan investment assets," tutur Wahyu.
Baca Juga: Jam Perdagangan Balik Normal 3 April 2023, Pasar Lebih Bergairah
Untuk emas batangan Antam, ia mencatat bahwa harganya cenderung lebih baik dari emas global karena dua alasan. Pertama, jika dolar AS melemah, emas Antam masih bisa naik seiring kenaikan emas global.
Kedua, jika dolar AS menguat dan emas global melemah, emas Antam bisa naik karena rupiah melemah dan emas Antam menjadi hedge rupiah terhadap dolar AS.
"Kecenderungannya emas Antam selalu naik tiap tahunnya bahkan biasa naik ke rekor baru per tahunnya," kata Wahyu.
Wahyu memprediksi, emas batangan Antam dapat lanjut bullish seiring kurs rupiah terhadap dolar potensial lanjut melemah. Ia memperkirakan saat kurs rupiah di atas Rp 16.000 per dolar AS, emas Antam dapat naik terus ke atas Rp 1,1 juta-Rp 1,2 juta per gram.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News