Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 3,15% dalam sebulan terakhir, sejumlah indeks yang biasanya menjadi acuan reksadana indeks juga menunjukkan kinerja kurang baik.
Sebut saja indeks LQ45, IDX30, Kompas100, dan SRI-KEHATI.
Alhasil, kinerja reksadana indeks juga tak moncer. Sebagaimana diketahui, return reksadana indeks biasanya menyerupai indeks yang menjadi acuannya. Semakin kecil selisihnya, semakin baik pula kinerja reksadana indeks tersebut.
Research Analyst PT Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, saat ini reksadana indeks memang kurang kondusif karena ketidakpastian di pasar modal global akibat sejumlah sentimen negatif.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Technical Rebound pada Senin (20/3), Cek Saham Rekomendasi Analis
Hal ini membuat investor lebih memilih untuk mengalihkan dananya dari saham ke produk investasi lain, seperti obligasi, pasar uang, dan aset-aset safe haven.
Menurut Arjun, salah satu sentimen negatif di pasar adalah keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB).
"Ketidakpastian kebijakan The Fed soal suku bunga dan kemungkinan resesi global tahun ini juga membuat sentimen risk-off di pasar saat ini," tutur Arjun saat dihubungi Kontan.co.id Minggu (19/3).
Oleh sebab itu, ia melihat reksadana indeks maupun reksadana saham punya prospek yang kurang menjanjikan dalam jangka waktu pendek. Namun, untuk tahun ini, ia masih optimistis terhadap produk tersebut.
Pasalnya, pasar domestik sebenarnya didukung oleh fundamental ekonomi lokal yang solid. Laba bersih perusahaan publik, terutama emiten berkapitalisasi pasar besar (big caps) juga mencatatkan kenaikan serta punya prospek bisnis yang bagus.
Baca Juga: Pertemuan The Fed Akan Jadi Penggerak IHSG
Menurutnya, investor lebih baik wait and see terlebih dahulu dan menghindari reksadana indeks maupun reksadana saham. Sebagai gantinya, investor dapat menempatkan dananya di reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang karena lebih aman dan memberikan return yang lebih menjanjikan dalam kondisi pasar saat ini.
Untuk reksadana saham dan reksadana indeks, ia memprediksi, IHSG dapat tumbuh 7,3% (base case scenario) pada 2023. "Jadi, return reksasana indeks seharusnya bisa di sekitar level ini dan reksadana saham seharusnya bisa mengalahkan tingkat return ini," ucap Arjun.
Mengingat, reksadana indeks memang berupaya untuk mengikuti indeks acuannya, sedangkan reksadana saham bertujuan untuk mengalahkan indeksnya.
Kemudian, untuk reksadana pendapatan tetap, Arjun memprediksi yield obligasi domestik dengan tenor sepuluh tahun akan berada di kisaran 6,5%-6,7% pada masa mendatang. Jadi, return reksadana pendapatan tetap seharusnya di atas kisaran imbal hasil tersebut jika mempertimbangkan capital gain dari penurunan yield.
Senior Vice President Head of Retail Product Research & Distribution Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi juga menilai, reksadana indeks tidak terlalu menarik dalam kondisi saat ini.
Baca Juga: IHSG Melorot 1,29% Dalam Sepekan, Tertekan Sentimen Global
Masih banyak sekali sentimen negatif, seperti potensi kenaikan suku bunga lanjutan oleh The Fed dan berita mengenai keruntuhan SVB.
Akan tetapi, untuk reksadana saham, ia justru menilai penurunan yang ada dapat menjadi kesempatan untuk masuk. Reza memperkirakan, setelah semua sentimen negatif mereda, kinerja reksadana saham akan kembali meningkat.
"Baiknya, saat pasar sedang mengalami pelemahan ataupun koreksi, investor bisa melakukan cicil beli atau dollar cost averaging, sehingga bisa memaksimalkan investasi," kata Reza.
Reza menyarankan investor untuk melakukan diversifikasi dengan porsi penempatan dana di reksadana saham sebesar 20%-30%. Sementara sisanya dapat ditempatkan di reksadana pendapatan tetap ataupun reksadana pasar uang sambil menunggu momentum koreksi selanjutnya karena pasar sedang volatile.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News