Reporter: Nadya Zahira | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas diprediksi akan terus menguat ke depannya. Pelemahan dolar Amerika Serikat (USD) jadi salah satu pendorongnya. Berdasarkan Trading Ekonomi, harga emas naik 0,19% ke level US$ 2.334 per ons troi pada Rabu (3/7).
Analisis Deu Calion Futures (DCFX), Andrew Fischer, mengatakan pergerakan emas menunjukan kenaikan setelah pidato Jerom Powell, namun kembali mengalami penurunan setelah rilis data JOLTS Job Opening.
Menurut dia, meskipun dalam beberapa hari terakhir harga emas terlihat stabil, potensi kenaikan harga emas tetap ada.
Fischer menjelaskan, berdasarkan analisis secara teknikal menunjukkan bahwa emas akan mengalami penguatan seiring dengan melemahnya USD. Tren pelemahan USD ini diprediksi akan berlangsung dalam jangka panjang, meskipun belum terlihat jelas dalam beberapa hari terakhir.
Baca Juga: Penerimaan Pajak Sampai Mei Turun, Diproyeksi Membaik Hingga Akhir Tahun 2024
“Menurut saya, setelah periode koreksi emas usai, harga emas pun akan melanjutkan tren kenaikannya,” kata Fischer dalam riset hariannya, Rabu (3/7).
Selain itu, dia menjelaskan bahwa prediksi harga emas ini didukung oleh analisis tren dan candlestick. Grafik harga emas menunjukkan adanya pola yang mengindikasikan potensi kenaikan.
Pola candlestick yang terbentuk mengisyaratkan bahwa tekanan jual mulai mereda, membuka peluang bagi pembeli untuk kembali mendominasi pasar.
“Hal ini sejalan dengan analisis tren, yang menunjukkan bahwa harga emas sedang berada pada fase koreksi sebelum melanjutkan kenaikannya,” kata dia.
Fischer menyebutkan, harga emas sedikit turun dalam perdagangan Asia pada Selasa (2/7), tetap dalam kisaran perdagangan yang ketat karena para pedagang menantikan isyarat tentang suku bunga AS.
Baca Juga: Harga Emas Spot Turun ke US$2.321,4, Menunggu Petunjuk Pemotongan Suku Bunga AS
Pasalnya, logam mulia ini mengalami penurunan sepanjang bulan Juni, di tengah kekhawatiran akan kenaikan suku bunga AS yang mendorong penguatan dolar dan imbal hasil Treasury.
“Meskipun terjadi penurunan lagi ke depannya, harga emas masih berada di sekitar US$ 2.300 per ons,” kata dia.
Menurut dia, emas cenderung bergerak terbalik dengan USD, sehingga ketika USD menguat, harga emas biasanya melemah. Namun, dengan proyeksi pelemahan USD dalam jangka panjang, emas diperkirakan akan mengalami penguatan.
Lebih lanjut, Fischer mengatakan bahwa analisis fundamental juga menunjukkan faktor-faktor ekonomi global yang akan mempengaruhi harga emas. Ketidakpastian ekonomi, ketegangan geopolitik, dan kebijakan moneter bank sentral di seluruh dunia terus menjadi pendorong utama pergerakan harga emas.
Baca Juga: Harga Emas Spot Turun ke US$2.313,92 Jelang Kamis (13/6) Siang
Untuk itu, dia menyarankan dalam jangka pendek para pedagang harus memperhatikan data ekonomi AS, terutama yang berkaitan dengan pasar tenaga kerja dan inflasi, karena data tersebut akan memberikan petunjuk lebih lanjut tentang arah kebijakan suku bunga Federal Reserve.
Secara keseluruhan, Fischer menuturkan bahwa meskipun harga emas mengalami volatilitas jangka pendek, tren jangka panjang masih mendukung kenaikan harga emas, seiring dengan pelemahan USD.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News