Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga emas cenderung terus menguat pasca kenaikan suku bunga The Fed pada pertengahan Maret lalu. Jumat (24/3) lalu, harga emas kontrak pengiriman Juni 2017 di Commodity Exchange (Comex) masih menguat 0,13% ke level US$ 1.251,7 per ons troi dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, harga emas menanjak 1,2%.
Analis Global Kapital Investama Berjangka Alwi Assegaf menilai, pemicu kenaikan harga emas bulan ini adalah adanya pernyataan dovish dari para pejabat The Fed. Bank sentral Amerika Serikat tersebut memberi sinyal akan ada dua kali lagi kenaikan suku bunga tahun ini dan tiga kali di tahun 2018.
Pernyataan tersebut serupa dengan kondisi tahun lalu, pada saat akhirnya The Fed hanya menaikkan bunga sekali di akhir tahun pasca kenaikan di awal tahun. Ini membuat pasar bereaksi negatif. "Kekecewaan pasar terhadap keputusan The Fed memicu aksi profit taking dollar AS dan mengangkat harga emas. Apalagi saat itu emas sempat ke bawah US$ 1.200 per ons troi," tutur Alwi.
Ketika spekulasi kenaikan suku bunga kian memudar, peluang harga emas menguat semakin besar. Di saat yang sama, pelaku pasar mengkhawatirkan ekonomi Eropa dan hasil pemilu di beberapa negara Benua Biru itu.
Perkembangan politik di AS, terutama kebijakan Donald Trump, juga menopang harga emas. Investor cemas jika langkah Trump menghapus dan mengganti Undang-Undang Kesehatan AS yang dikenal dengan Obamacare terganjal restu kongres.
Wahyu Tribowo Laksono, analis Central Capital Futures, menghitung, dalam jangka menengah, tren pergerakan harga emas ada di kisaran US$ 1.230-US$ 1.265 per ons troi. "Jika US$ 1.265 ditembus, tren bullish dapat berlanjut ke US$ 1.300," tutur dia.
Permintaan membaik
Harga emas juga masih berpotensi naik karena didukung kenaikan permintaan fisik dari India. Berdasarkan data World Gold Council, permintaan emas India pada tahun 2016 lalu sempat merosot sekitar 21% menjadi 675,5 ton.
Namun, konsultan logam mulia GFMC mencatat adanya perbaikan konsumsi emas India. Permintaan emas India di Februari melompat 82% menjadi 50 ton dibanding periode sama bulan sebelumnya.
Ditambah lagi, di akhir Maret, proses Brexit alias keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan dimulai. "Sentimen dari India, politik Eropa hingga Brexit, semua positif bagi emas. Tetapi tidak sekuat isu kenaikan suku bunga The Fed," jelas Wahyu.
Karena itu, harga emas berisiko terkoreksi jika pejabat The Fed, terutama Gubernur Janet Yellen, membuat pernyataan hawkish terkait kebijakan moneter The Fed.
Alwi juga menggarisbawahi penguatan harga emas bakal tertahan jika terjadi kenaikan Fed funds rate. Beberapa pejabat The Fed mulai optimistis Fed funds rate dapat naik lebih dari tiga kali asal inflasi AS naik signifikan. Meski demikian, banyak analis memperkirakan The Fed baru bisa menaikkan suku bunga kembali setidaknya di Juni nanti.
Dari sisi teknikal, Alwi melihat harga emas bergerak di atas moving average (MA) 10 dan MA55 yang menujukkan tren menguat. Indikator moving average convergence divergence (MACD) bergulir di area positif dengan histogram di atas garis 0. Namun indikator stochastic sudah overbought di level 84 dan 86. Sementara relative strength index (RSI) naik di level 59.
Karena itu, Alwi memprediksi hari ini harga emas melemah dan bergerak di kisaran US$ 1.226-US$ 1.253 per ons troi. Sedangkan sepekan ke depan harga bergerak antara US$ 1.218-US$ 1.265 per ons troi. Hitungan Wahyu, harga emas akan menguat dan bergerak di kisaran US$ 1.235-US$ 1.260 per ons troi pada hari ini dan antara US$ 1.215-US$ 1.275 per ons troi sepekan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News