Reporter: Nathania Pessak | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagai aset lindung nilai, emas kerap dijadikan sebagai salah satu destinasi investor bila terjadi banyak ketidakpastian. Harga emas pada periode Juli-September 2017 melambung hampir 5%.
Mengutip Bloomberg, Rabu (4/10) harga emas kontrak pengiriman Desember 2017 di Commodity Exchange naik 0,34% ke level US$ 1.279 per ons troi. Research & Analyst Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra bilang, faktor utama yang menggerakkan harga emas tidak jauh dari adanya masalah geopolitik Korea Utara dan AS.
Harga emas sempat menyentuh level tertinggi pada Jumat (8/9) di level US$ 1.351,90 dan kemudian kembali turun ke level US$ 1.200 per ons troi. Pada kuartal ketiga, masalah geopolitik memang sering muncul dan membuat harga emas bergerak cukup fluktuatif.
Ketika ada ketegangan global, investor memang cenderung akan berlari ke safe haven yang memiliki risiko lebih kecil. Selain itu, rencana kenaikan suku bunga The Fed pada pertengahan kuartal tiga menekan dollar AS dan mengerek harga emas. "Pernyataan Gubernur The Fed Janet Yellen waktu di pertengahan kuartal tiga sempat dovish sehingga dollar AS tertekan dan emas naik," kata Putu.
Putu memproyeksi, kenaikan harga masih akan berlangsung di awal kuartal empat 2017 ini. "Mulai timbul ekspetasi, pengganti Yellen akan cenderung lebih dovish dan berhati-hati dalam mengambil kebijakan soal suku bunga," imbuh Putu.
Menurut Putu, di kuartal empat 2017, harga emas memiliki potensi untuk kembali berbalik melemah. Putu bilang emas masih dalam fase bearish. "Kecuali mungkin ada situasi-situasi geopolitik yang muncul lagi, seperti contohnya jika proposal penurunan pajak ini ditolak, emas bisa kembali menguat," tandas Putu.
Prediksi Putu, Kamis (5/10) hingga sepekan, emas berpeluang melanjutkan pelemahan. Apalagi bila nanti malam data ekonomi AS seperti ISM Manufacturing dirilis baik, harga akan berada di rentang US$ 1.255 - US$ 1.290 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News