Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi kinerja PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) selama semester I tahun ini jatuh cukup dalam. Meski begitu, Maybank Sekuritas Indonesia percaya prospek saham MEDC masih cukup menarik.
Analis Maybank Sekuritas Indonesia, Hasan Barakwan dalam riset 12 Agustus 2025 optimistis, paruh kedua tahun ini akan menjadi periode pemulihan signifikan bagi perusahaan energi tersebut. "Kami percaya kinerja Medco akan membaik secara signifikan di semester II didorong oleh kontribusi aset baru serta peningkatan produksi di beberapa lapangan utama," ujar Hasan dalam riset.
Karena alasan itu pula yang membuat Hasan masih mempertahankan rekomendasi buy saham MEDC dengan target harga Rp 1.730 per saham. Hingga Kamis (14/8), saham MEDC turun 2,78% di level Rp 1.225 per saham.
Baca Juga: Medco Energi (MEDC) Tuntaskan Akuisisi Hak Partisipasi Repsol di PSC Corridor
Hingga semester I tahun ini, Medco Energi mencatat penurunan laba bersih sebesar 81,5% secara tahunan menjadi US$ 37 juta dibanding US$ 201 juta. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya harga realisasi minyak sebesar 14% secara tahunan menjadi US$ 70 per barel, kerugian bersih US$ 31 juta dari anak usahanya PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) serta beban dry hole sebesar US$ 8,9 juta.
Pendapatan Medco juga turun 2,3% secara tahunan menjadi US$ 1,138 juta. Namun secara kuartalan, pendapatan Medco naik 3,1% menjadi US$ 578 juta, seiring mulai pulihnya operasional. EBITDA tercatat sebesar US$ 619 juta, turun 4,2% secara tahunan, dengan margin EBITDA sebesar 54,4%.
Di sisi operasional, produksi minyak dan gas MEDC rata-rata mencapai 143 mboepd di semester I-2025, turun 7% dibanding tahun lalu. Produksi minyak tercatat 40,3 mbopd (-4% secara tahunan) dan gas 558,5 mmscfd (-8% secara tahunan), terutama karena kegiatan pemeliharaan di Senoro dan permintaan musiman yang lebih lemah.
MEDC baru-baru ini menyelesaikan akuisisi kontrak kerja sama (PSC) Corridor, yang meningkatkan kepemilikan perusahaan menjadi 70% dan menambahkan lebih dari 25 mboepd ke produksi. Langkah ini juga meningkatkan cadangan terbukti (2P reserves) menjadi 121 mmboe, dengan umur cadangan mencapai 10,7 tahun dan rasio penggantian cadangan (RRR) 5 tahun sebesar 163%.
"Produksi FY25 ditargetkan mencapai 155–160 mboepd, didorong oleh tambahan volume dari akuisisi Corridor serta peningkatan produksi dari lapangan Forel-Terubuk di Natuna," jelas Hasan.
Baca Juga: Bos Medco Power & Bos Maharaksa Biru jadi Ketua Umum & Ketua Badan Pengawas APLSI
Selain itu, kinerja AMMN yang sempat menekan laba diperkirakan membaik seiring dengan peningkatan kapasitas smelter. Produksi AMMN pada semester I tahun ini merosot tajam, dengan produksi tembaga turun 62% secara tahunan menjadi 89,2 juta pon, dan emas turun 88% secara tahunan menjadi 59,6 koz.
Dengan unit biaya tunai produksi yang masih terkendali di US$ 8,5/boe, sesuai panduan "Pemulihan produksi, tambahan kontribusi dari akuisisi strategis, dan rebound dari AMMN akan menjadi pendorong utama pertumbuhan laba di semester kedua," tutup Hasan dalam riset. Hingga akhir tahun ini, Hasan memproyeksi, pendapatan MEDC akan mencapai US$ 2,5 miliar dengan laba bersih US$ 102 juta. Sedangkan di tahun 2026, pendapatan dan laba bersih Medco diperkirakan bisa mencapai US$ 2,64 miliar dan US$ 190 juta. Selanjutnya: Target Bauran Energi Hijau Berpotensi Meleset
Menarik Dibaca: Promo PHD Buy 1 Get 1 Mulai Rp 114.000-an Saja, Terbatas 15-17 Agustus 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News