kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga CPO terpuruk, saham CPO masih bertahan


Senin, 18 Juni 2012 / 15:42 WIB
Harga CPO terpuruk, saham CPO masih bertahan
ILUSTRASI. Rupiah diprediksi menguat pada hari ini


Reporter: Harry Febrian | Editor: Ruisa Khoiriyah

JAKARTA. Penurunan harga di pasar dunia menyuramkan prospek saham-saham produsen crude palm oil (CPO). Ini mengingat penurunan harga terkini, terbilang drastis.

Nilai kontrak berjangka CPO di Bursa Berjangka Malaysia, pekan lalu, memang sudah mengalami rebound, yaitu senilai RM 2.850 per metrik ton. Sebelum itu, harga CPO sempat terjun hingga RM 2.896, atau US$ 910 per metrik ton. Itu adalah harga terendah sejak Oktober 2011.

Kendati harga terjun bebas, saham CPO tertentu, dinilai analis masih layak untuk dikoleksi dalam jangka panjang. Pandu Anugerah, analis Kim Eng Securities, mencontohkan PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra (LSIP).

Dalam hitungan Pandu, LSIP memang menderita kontraksi kinerja di tahun ini. Penyebabnya, harga jual CPO yang melandai dibarengi dengan kenaikan ongkos pupuk. Pandu menurunkan proyeksi laba bersih LSIP untuk tahun ini sebesar 13,3% dari Rp 1,702 triliun jadi Rp 1,475 triliun.

Namun, ia menilai, LSIP mampu bangkit di 2013 dan 2014, dengan meraih laba bersih masing-masing Rp 1,720 triliun dan Rp 1,989 triliun. "Sebagai pemain di hulu, LSIP sensitif terhadap fluktuasi harga CPO," ujar Pandu.

Diskon harga

Pelambatan ekonomi global, imbuh Pandu, akan menekan permintaan jenis minyak masak ini. "Harga CPO bisa turun 3% year-on-year (yoy) menjadi RM 3.150 per metrik ton," kata Pandu.

Nasib serupa dengan LSIP juga dialami PT Salim Invomas Pratama Tbk (SIMP). Gabriella Maureen Natasha, analis Danareksa Sekuritas, memprediksi, kendati pendapatan kuartal I naik 9,3% yoy menjadi Rp 3,1 triliun, SIMP harus menderita penurunan margin kotor, dari 43,9% menjadi 32,2%. Margin operasional turun dari 34,1% menjadi 23%.

Pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) ikut mengompensasi penurunan harga. Jika dihitung sejak awal tahun sampai akhir pekan lalu, kurs rupiah terhadap dollar AS melemah 4,4%. Bagi emiten yang mengandalkan ekspor, pelemahan rupiah akan mengerek pendapatan.

Itu alasan para analis untuk tetap memasang rekomendasi beli untuk saham-saham produsen CPO, di saat harga komoditas itu terjun bebas. Pandu merekomendasi beli untuk LSIP. Rekomendasi serupa dipilih Gabriella untuk SIMP.

Analis Samuel Sekuritas, Sally Agustina dan Joseph Pangaribuan, juga menyarankan beli untuk PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO). Kendati kedua analis itu mengestimasikan harga jual rata-rata SGRO akan turun hingga 22% dari US$ 1.600 per ton. Angka terakhir merupakan proyeksi harga rata-rata CPO di tahun ini menurut pemerintah AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×