kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,14   10,84   1.19%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga CPO koreksi, terseret pelemahan ekonomi India


Senin, 19 Oktober 2020 / 18:29 WIB
Harga CPO koreksi, terseret pelemahan ekonomi India
ILUSTRASI. Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah berada dalam tren positif, kini harga komoditas kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) justru berbalik arah. Buktinya, dalam beberapa hari terakhir, harga CPO berada dalam tekanan dan terus turun. 

Teranyar, harga CPO kontrak pengiriman Januari 2021 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange sudah berada di level RM 2.772 per ton. Padahal sebelumnya, harga CPO sempat mendekati level RM 3.000 per ton.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, turunnya harga CPO belakangan diakibatkan ekonomi India yang sedang terpukul akibat pandemi virus corona. 

Baca Juga: Kasus Covid-19 tembus 40 juta, harga minyak mentah kembali tergelincir

Padahal, India merupakan importir CPO terbesar kedua di dunia setelah China. Nah, dengan perlambatan ekonomi ini membuat permintaan CPO ke India pun menipis dan memukul harga CPO. 

Padahal, data ekonomi China justru cukup bagus, hanya saja Ibrahim menyebut, pelaku pasar saat ini lebih tertuju ke India.

“Ekonomi India terpukul akibat pandemi, sementara berbagai provinsi di India hingga saat ini masih memberlakukan lockdown. Tak pelak, impor CPO India pun mengalami penurunan tajam seiring permintaan mereka yang juga menurun,” jelas dia ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (19/10).

Ibrahim menambahkan, di saat permintaan turun, produksi CPO dari Malaysia maupun Indonesia justru naik tajam. Pada kuartal III-2020 yang diiringi musim penghujan, produksi buah tandan kelapa sawit pun menjadi lebih banyak. Dengan datangnya musim panen raya, namun permintaan turun, pada akhirnya terjadi oversupply dan membuat harga CPO berada dalam tekanan. 

Kendati demikian, Ibrahim menilai penurunan harga CPO kali ini merupakan hal yang wajar, terlebih di tengah periode negara-negara sedang merilis data ekonominya. Menurutnya, pasar saat ini memang condong ke ekonomi India yang memburuk, tapi ketika kembali berfokus ke ekonomi China yang membaik, peluang penguatan harga CPO pun terbuka.

“Apalagi perdebatan stimulus Amerika Serikat (AS) semakin menemui titik terang, dan Rabu (21/10) akan diadakan voting terkait pelolosan stimulus tersebut. Ini akan jadi sentimen positif untuk CPO, saat ini harga CPO juga belum terkoreksi terlalu dalam, sehingga masih sangat mungkin untuk kembali ke level tertinggi,” tambah Ibrahim.

Terlebih, secara historis, permintaan terhadap CPO selalu mengalami peningkatan pada periode akhir tahun. Menurut Ibrahim, kemungkinan pemerintah melakukan diversifikasi dengan menambah biodiesel B30 dan B40 masih terbuka lebar, sehingga penguatan harga CPO pun masih cukup terbuka.

Baca Juga: Indikator kinerja sektor perekonomian bergerak variatif di bulan September 2020

Dengan pertimbangan tersebut, ia memproyeksikan harga CPO pada akhir tahun nanti masih berpeluang menguji level RM 3.200 per ton. Sementara pada tahun depan, seiring ekonomi yang mulai pulih, vaksin dipasarkan, dan permintaan terus membaik, Ibrahim menyebut level RM 3.600 per ton masih sangat berpotensi diuji oleh CPO.

Selanjutnya: Tren harga CPO naik, simak rekomendasi saham Salim Ivomas (SIMP) dari analis berikut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×