Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak mentah kembali melemah pada perdagangan hari ini karena kekhawatiran atas lonjakan kasus virus corona secara global yang mengurangi prospek pemulihan permintaan. Di saat yang sama, pertumbuhan ekonomi China pada kuartal III-2020 ternyata lebih lemah dari yang diharapkan ikut menambah beban minyak.
Senin (19/10) 16.20 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Desember 2020 turun 16 sen atau 0,4% menjadi US$ 42,77 per barel.
Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman November 2020 melemah 11 sen atau 0,3% ke level US$ 40,77 per barel. Asal tahu saja, kontrak tersebut akan berakhir pada Selasa (20/10).
Baca Juga: Harga emas terkoreksi di awal perdagangan pekan ini, menanti kepastian stimulus AS
Kekhawatiran pelemahan permintaan minyak terjadi karena lonjakan kasus virus corona, khususnya di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Berdasarkan perhitungan Reuters, kini kasus virus corona di seluruh dunia sudah melampaui 40 juta pada hari ini.
"Bahkan jika kasus baru Covid-19 yang mencapai rekor tertinggi baru-baru ini di seluruh dunia belum menyebabkan perkiraan permintaan direvisi ke bawah, belum ada tanda-tanda pemulihan yang diharapkan," kata analis Commerzbank Eugen Weinberg.
Saat ini, banyak negara di Eropa yang memperketat penguncian untuk mengekang penyebaran virus corona lebih lanjut.
"Batasan ketat terbaru ini pasti akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan merusak pemulihan permintaan bahan bakar," kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM.
Sementara itu, hiruk pikuk pembelian minyak China awal tahun ini diperkirakan akan melambat pada kuartal IV-2020. Pabrik penyulingan China telah memperlambat laju pemrosesan mereka pada bulan September.
Ekonomi China sendiri tumbuh 4,9% pada kuartal III-2020 jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Walay begitu, realisasi pertumbuhan ekonomi ini meleset dari ekspektasi analis yang capai 5,2%.
Baca Juga: Harga minyak naik pada awal perdagangan Senin (19/10), ditopang harapan stimulus AS
Kini investor minyak pun fokus pada pertemuan Komite Pengawasan Kementerian Bersama (JMMC) kelompok produsen minyak OPEC+ yang berlangsung pada Senin malam.
Komite tersebut diperkirakan akan membahas prospek permintaan yang melemah serta peningkatan produksi dari Libya tetapi tidak mungkin untuk merekomendasikan tindakan segera, sumber mengatakan kepada Reuters.
Perusahaan energi di AS, yang merupakan produsen minyak terbesar dunia, kembali menambahkan rig minyak dan gas alam terbanyak sejak Januari pada pekan lalu. Ini dilakukan setelah harga minyak mentah bertahan sekitar US$ 40 per barel dalam beberapa bulan terakhir.
Selanjutnya: Bertemu nanti malam, OPEC+ bakal bahas pelemahan prospek permintaan minyak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News