kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.430.000   -10.000   -0,69%
  • USD/IDR 15.243   97,00   0,63%
  • IDX 7.905   76,26   0,97%
  • KOMPAS100 1.208   12,11   1,01%
  • LQ45 980   9,43   0,97%
  • ISSI 230   1,69   0,74%
  • IDX30 500   4,71   0,95%
  • IDXHIDIV20 602   4,65   0,78%
  • IDX80 137   1,32   0,97%
  • IDXV30 141   0,53   0,38%
  • IDXQ30 167   1,08   0,65%

Harga Bitcoin Terus Tertekan hingga ke Level US$ 50.000, Begini Prospeknya


Senin, 05 Agustus 2024 / 14:33 WIB
Harga Bitcoin Terus Tertekan hingga ke Level US$ 50.000, Begini Prospeknya
ILUSTRASI. Empat tahun sekali, dunia kripto dihebohkan dengan halving Bitcoin. Setelah halving, seperti di bulan Mei 2020, terjadi peningkatan besar-besaran pada transaksi BTC, yang didorong oleh bertumbuhnya adopsi dan keterlibatan komunitas. Tren ini membawa manfaat bagi keseluruhan lanskap kripto.


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) merosot dari puncaknya di US$ 70.000 menjadi di bawah US$ 60.000 dalam waktu kurang dari tujuh hari. Rilisnya data laporan pekerjaan bulan Juli Amerika Serikat (AS) pada Jumat (2/8) jadi salah satu sentimennya. 

Berdasarkan data dari CoinmarketCap, harga Bitcoin turun 17,00% menuju level US$ 50.404 pada perdagangan Senin (5/8) pukul 13.40 WIB. 

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan bahwa penurunan harga Bitcoin ini terjadi setelah AS merilis laporan pekerjaan bulan Juli pada Jumat malam.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa ekonomi AS mungkin berada dalam kondisi yang lebih mengkhawatirkan daripada yang diyakini banyak orang, dengan tingkat pengangguran melonjak hingga 4,3%, tertinggi sejak Oktober 2021. 

Baca Juga: AS Terancam Resesi, Bitcoin dan Ether Anjlok

“BTC jatuh ke level terendah dalam tiga minggu di bawah US$ 60.000, kehilangan lebih dari sepuluh ribu dolar dalam waktu kurang dari seminggu,” kata Fyqieh dalam risetnya, Senin (5/8).

Fyqieh memprediksi, pada pekan kedua Agustus ini, BTC akan kembali melemah. Hal ini seiring dengan likuidasi pasar kripto yang meningkat pesat di tengah aksi jual besar-besaran di pasar Jepang.

Dia mengatakan bahwa aksi jual kripto semakin intensif pada jam perdagangan Asia karena Nikkei Jepang anjlok 7% lagi pada jam-jam awal perdagangan Senin (5/8).

“Anjloknya Nikkei baru-baru ini telah memperpanjang kerugian indeks hingga lebih dari 20% dari puncaknya pada bulan Juli,” kata dia. 

Selain itu, Fyqieh mengatakan bahwa meningkatnya ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel juga memicu volatilitas pasar yang lebih luas dan memicu jatuhnya pasar kripto termasuk Bitcoin saat ini.

Baca Juga: Pasar Aset Kripto di Indonesia Bergairah, Cuma Pedagang Lokal Kurang Kompetitif

Menurut dia, pergerakan harga Bitcoin semakin cepat mengalami penurunan pada Rabu (31/7) setelah Federal Reserve AS memutuskan untuk tidak memangkas suku bunga seperti yang diharapkan banyak investor. Keputusan ini mengejutkan pasar, sehingga memicu aksi jual yang signifikan di kalangan trader dan investor.

Lebih lanjut, Fyqieh menjelaskan bahwa pergerakan harga Bitcoin terbaru menunjukkan bias netral dengan kecenderungan rebound bisa mencapai ke level US$ 62.000. Indikator Relative Strength Index (RSI) yang telah memantul dari wilayah jenuh jual (30) ke angka 43 menunjukkan bahwa tekanan jual mungkin mulai mereda.

Selain itu, Bollinger Bands mengindikasikan kontraksi volatilitas, yang sering kali menjadi pertanda potensi kenaikan. Dia menilai, batas atas di level US$ 61.300 dan batas bawah di US$ 52.800 menjadi level penting yang perlu diperhatikan. 

“Jika Bitcoin bergerak di atas batas atas, ini dapat mengonfirmasi pemulihan, sementara penurunan di bawah batas bawah akan menunjukkan potensi pelemahan lebih lanjut,” imbuhnya. 

Baca Juga: Harga Bitcoin Turun Tajam Setelah Pengumuman Suku Bunga The Fed, Saatnya Masuk?

Namun, Fyqieh menuturkan, meskipun indikator teknis menunjukkan bias netral dengan peluang rebound ke US$ 62.000, pergerakan harga Bitcoin pada akhirnya akan sangat bergantung pada sentimen pasar dan faktor eksternal. Oleh karena itu, pendekatan yang hati-hati sangat direkomendasikan. 

Ia menilai, dengan mengamati level resistensi di US$ 61.300 dan dukungan di US$ 52.800 dapat membantu dalam mengambil keputusan perdagangan yang lebih bijak untuk minggu mendatang.

“Dengan tetap memantau indikator teknis dan perkembangan ekonomi, investor bisa lebih siap dalam menghadapi volatilitas pasar dan memanfaatkan peluang yang muncul di tengah dinamika yang ada,” tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×