Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) stagnan dalam beberapa waktu terakhir. Muncul keraguan pelaku pasar terhadap prospek BTC seiring potensi kenaikan suku bunga The Fed.
Pada hari Kamis (17/8), harga Bitcoin menurun di bawah kisaran angka US$ 28.640. Dalam beberapa minggu terakhir, Bitcoin seperti terjebak dalam wilayah pergerakan yang sangat terbatas. Secara umum, pasar tampaknya tak bergerak dengan harga BTC bergerak di kisaran antara US$ 28.500 hingga US$ 30.000 sejak 24 Juli.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menjelaskan, ketenangan harga BTC ini sejalan dengan penurunan volatilitas tahunan yang tercermin dalam transaksi perdagangan. Rata-rata volatilitas tahunan Bitcoin dalam kurun waktu 30 hari menurun ke titik terendah dalam tujuh tahun terakhir.
Glassnode pada tanggal 14 Agustus, angkanya mencapai 48,51%, ini merupakan angka terendah dari nilai volatilitas Bitcoin. Sementara itu, volume perdagangan Bitcoin dalam 30 hari terakhir juga menurun ke titik terendahnya, sejak Januari 2023 hanya mencapai US$ 16,7 miliar.
Baca Juga: Harga Altcoin Unjuk Gigi Saat Bitcoin Bergerak Sideways
Fyqieh mengamati, harga Bitcoin yang mendatar (sideways) ditambah dengan penurunan volume perdagangan, sebenarnya mencerminkan adanya ketidakpastian jangka pendek di antara para pelaku pasar, baik investor dan trader. Dengan kata lain, banyak investor Bitcoin merasa ragu-ragu mengenai arah perjalanan aset kripto ini.
Tentu saja, ada banyak faktor pasar yang perlu mereka pertimbangkan. Salah satu faktor yang berdampak adalah harapan terkait persetujuan ETF Bitcoin di Amerika Serikat (AS). Antisipasi mengenai hal ini sebenarnya telah membantu menjaga harga Bitcoin tetap di atas level pendukung, yaitu US$ 28.500, sejak bulan Juli.
“Di sisi lain, kekhawatiran bahwa The Fed akan terus meningkatkan suku bunga dalam waktu dekat telah mengalihkan minat investor ke arah dolar AS," ujar Fyqieh dalam siaran pers, Rabu (17/8).
Baca Juga: Apa Itu Mata Uang Kripto? Ini Jenis dan Cara Kerjanya
Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur nilai dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama sudah pulih sebesar 3,5% dari level terendahnya pada bulan Juli. Ini terjadi sejalan dengan penurunan harga Bitcoin dari puncak lokalnya di kisaran US$ 31.800.
Secara teknis, Bitcoin tampaknya siap untuk melakukan pergerakan yang signifikan dalam beberapa minggu mendatang. Pergerakan ini bisa berarti melewati batas tertentu atau bahkan penurunan besar-besaran.
Fyqieh menganalisis, Bitcoin kemungkinan akan mengalami retest penurunan hingga kisaran level US$ 28.900 atau sekitar Rp 442 juta. Salah satu indikator baru yang mengisyaratkan potensi pergerakan besar ini adalah Bollinger Bands Bitcoin.
Bollinger Bands merupakan alat analisis teknikal yang digunakan untuk memprediksi tren suatu pasar. Ketika Bollinger Bands menyempit, ini sering diikuti oleh peningkatan volatilitas yang kuat. Hal ini bisa membuat Bitcoin keluar dari kisaran harga antara US$ 29.000 hingga US$ 30.000.
“Mungkin kita akan menguji kisaran US$ 28.700 hingga US$ 29.000. Jika level dasar telah tercapai, seharusnya harga bisa bertahan. Meskipun begitu, perlu dicatat bahwa Bollinger Bands bukanlah alat untuk memprediksi tren, dan tidak bisa mengindikasikan arah pergerakan Bitcoin secara pasti," imbuh Fyqieh.
Secara jangka pendek, Fyqieh melihat harga Bitcoin akan mengalami sideways hingga bulan September mendatang. Dalam kondisi ini, pelaku pasar dapat menerapkan strategi dollar-cost averaging (DCA) sebagai pilihan bijak untuk memperoleh potensi keuntungan dalam jangka panjang.
Baca Juga: Bitcoin (BTC) Bergerak Mendatar, Bagaimana Prospeknya ke Depan?
Metode dollar-cost averaging melibatkan pembelian Bitcoin dalam jumlah tetap secara berkala, tanpa memperhatikan fluktuasi harian harga.
Dengan melakukan ini, dapat mengurangi dampak volatilitas pasar terhadap investasi. Perlu diingat bahwa pasar kripto sangatlah dinamis dan bisa sangat tidak stabil. Oleh karena itu, selalu pertimbangkan tingkat risiko yang siap tanggung sebelum berinvestasi.
“Jika memiliki tujuan jangka panjang dan bersedia untuk menghadapi fluktuasi pasar, maka strategi DCA bisa menjadi alat yang bermanfaat dalam membangun portofolio Bitcoin Anda seiring waktu," tutup Fyqieh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News