Reporter: Nadya Zahira | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) mengalami kenaikan tipis dan stabil mendekati rekor tertinggi. Berdasarkan CoinmarketCap, harga Bitcoin menguat 0,17% ke level US$ 71.463 pada Jumat (7/6) pukul 20.40 WIB.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan, kenaikan harga Bitcoin ini didukung oleh pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan spekulasi mengenai kemungkinan penurunan suku bunga AS menjelang perilisan data ekonomi AS, yaitu Laporan Pekerjaan AS atau Non-Farm Payroll (NFP).
“Taruhan penurunan suku bunga meningkat menjelang perilisan data NFP pada Jumat malam, sehingga harga Bitcoin dan kripto lainnya naik karena ekspektasi bahwa The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada bulan September,” kata Fyqieh kepada Kontan.co.id, Jumat (7/6).
Menurut dia, beberapa data ekonomi AS yang lemah mendukung spekulasi tersebut. Selain itu, para trader bertaruh bahwa melemahnya perekonomian AS akan memberi The Fed lebih banyak alasan untuk melonggarkan kebijakan moneternya. Pelemahan dolar AS minggu ini juga menguntungkan aset-aset berisiko seperti kripto.
Baca Juga: Melihat Dukungan Sejumlah Negara Terhadap Aset Kripto, dan Bagaimana Indonesia?
“Pasalnya kondisi moneter yang lebih longgar menguntungkan aset-aset spekulatif seperti kripto, karena lebih banyak modal yang tersedia untuk investasi spekulatif dalam kripto,” imbuhnya.
Selain itu, dia menuturkan bahwa ETF BTC dan data inflasi AS bulan Mei yang akan rilis pada 12 Juni mendatang adalah titik dukungan utama untuk Bitcoin kembali mencapai rekor tertinggi atau bahkan bisa menembus level US$ 75.000 atau sekitar Rp 1,22 miliar karena peningkatan arus masuk institusional.
Menurut dia, tren ini tampaknya akan kembali mendapatkan momentum, terutama dalam menghadapi penurunan suku bunga AS, yang dapat menghadirkan lingkungan lebih akomodatif untuk pasar kripto.
Di sisi lain, Fyqieh menuturkan bahwa pasar tenaga kerja yang lebih lemah dari perkiraan dapat mempengaruhi belanja konsumen dan mengurangi inflasi yang didorong oleh permintaan. Prospek inflasi yang lebih rendah memungkinkan The Fed menurunkan suku bunga.
Sebaliknya, lonjakan upah non-pertanian dan tren peningkatan pertumbuhan upah dapat menghilangkan taruhan investor terhadap penurunan suku bunga The Fed pada bulan September. Untuk itu, Laporan Pekerjaan AS dapat memengaruhi minat pembeli terhadap ETF dan BTC spot BTC AS.
Untuk diketahui, pasar ETF spot BTC AS mencatat arus masuk bersih sebesar US$ 488,1 juta pada hari Rabu (5/6) dan US$ 886,6 juta pada hari Selasa (4/6). Meskipun pasar ETF spot BTC AS menikmati aliran masuk selama 17 hari berturut-turut, BTC masih gagal mencapai level tertinggi sepanjang masa pada 11 Maret di US$ 73.808.
Baca Juga: Thailand Luncurkan ETF Bitcoin Pertama, Momen Bersejarah bagi Industri Kripto
Meski begitu, Fyqieh mengatakan, sentimen Crypto Fear & Greed Index menunjukkan level Extreme Greed pada 77 poin, naik dibandingkan pekan lalu yang berada di level Greed pada 73 poin. Hal ini menunjukkan bahwa minat dan optimisme investor terhadap pasar kripto semakin meningkat.
“Kenaikan ini bisa menjadi indikasi bahwa banyak investor merasa yakin tentang potensi keuntungan jangka pendek dari aset kripto, seperti Bitcoin, sehingga mendorong harga untuk naik lebih tinggi,” kata dia.
Namun, dia menegaskan bahwa investor juga perlu berhati-hati karena level Extreme Greed sering kali diikuti oleh volatilitas pasar yang tinggi dan kemungkinan koreksi harga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News