kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45887,73   13,33   1.52%
  • EMAS1.365.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Bitcoin di US$ 65.000 Usai Dua Bulan Halving, Diprediksi Datar di Jangka Pendek


Kamis, 20 Juni 2024 / 20:59 WIB
Harga Bitcoin di US$ 65.000 Usai Dua Bulan Halving, Diprediksi Datar di Jangka Pendek
ILUSTRASI. Bitcoin (BTC) tidak mencerminkan tren kenaikan (bullish) sejak halving pada 20 April 2024 lalu.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bitcoin (BTC) tidak mencerminkan tren kenaikan (bullish) sejak halving pada 20 April 2024 lalu. Berdasarkan data Coinmarketcap, Kamis (20/6) pukul 19.15 WIB, harga Bitcoin kembali ke kisaran US$ 65.000 atau sekitar Rp 1,06 miliar, sama seperti posisi dua bulan lalu.

Bitcoin gagal membangun momentum kenaikan meskipun terdapat sentimen dari ETF Bitcoin Spot dan ETF Ethereum spot. Seperti diketahui, peluncuran instrumen ETF Bitcoin spot di AS dan negara lain akan membawa perubahan paradigma dalam ekosistem investasi Bitcoin.

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, mengatakan bahwa persetujuan ETF Bitcoin spot dan juga ETF Ethereum spot merupakan faktor bullish yang semestinya cukup untuk memicu reli harga Bitcoin, bahkan peluang kenaikan pasar kripto yang lebih luas.

Namun, penundaan dalam pencatatan ETF Ethereum spot telah menghambat kenaikan harga aset kripto khususnya Ethereum. Sentimen pasar pun masih lebih terfokus pada peristiwa makroekonomi.

Baca Juga: Harga Ethereum Diprediksi Tembus Level Tertinggi Baru

Secara keseluruhan, kapitalisasi pasar kripto mencapai US$2,77 triliun pada bulan Maret 2024. Sejak saat itu investor telah kehilangan lebih dari US$400 miliar karena kapitalisasi pasar anjlok menjadi US$2,33 triliun di pertengahan Juni.

"Alasannya adalah menurunnya kepercayaan terhadap pasar kripto karena penundaan penurunan suku bunga oleh The Fed,” jelas Fyqieh dalam siaran pers, Kamis (20/6).

Fyqieh menambahkan, terlebih dengan tidak adanya tiga kali penurunan suku bunga The Fed pada awal tahun ini, maka diperkirakan reli harga BTC akan melambat sampai akhir tahun 2024. Akibatnya, pasar bullish Bitcoin telah mereda karena kekhawatiran makroekonomi yang membuat investor institusi menjauh.

Adapun arus masuk ke ETF Bitcoin telah negatif selama empat hari berturut-turut sejak 17 Juni, dan menyebabkan sentimen negatif di pasar kripto. Ketidakpastian investor tentang sikap The Fed dan tren aliran ETF BTC spot AS telah memengaruhi permintaan pembeli terhadap Bitcoin.

Baca Juga: Bitcoin Turun ke US$ 65.000 Usai Komentar Hawkish The Fed dan Aksi Jual Penambang

Chief Executive Officer (CEO) Triv Gabriel Rey melihat, kemungkinan kondisi pasar akan terus bergerak datar (sideways) setidaknya hingga bulan Agustus 2024. Hal itu karena investor menanti efek dari halving bitcoin dan persetujuan ETF Ethereum nampaknya tidak memberi dampak siginifikan bagi pasar kripto.

Gabriel menjelaskan, efek halving baru akan terasa minimal 6 bulan pasca-halving. Sehingga, harga saat ini wajar belum berubah signifikan karena biasanya stok lama akan dijual terlebih dahulu oleh miner atau penambang Bitcoin, sebelum nantinya menjual Bitcoin dengan Cost of Minting yang baru.

Sementara itu, ETF Ethereum Spot dipandang tidak akan menarik arus dana masuk (inflow) layaknya Bitcoin. Hal tersebut karena ETF Ethereum memiliki kekurangan yakni tidak bisa melakukan Staking, sehingga pengguna Ethereum tidak bisa dapatkan dividen.

“Berbeda dengan investor yang membeli Ethereum langsung dan punya kripto, mereka dapat staking dan dapatkan dividen. Jadi dengan minus ini inflow ETF Ethereum tidak akan sebesar Bitcoin,” ujar Gabriel.

Baca Juga: Kehadiran ETF Ethereum Spot Berpotensi Angkat Harga Ethereum ke Level US$ 6.000

Gabriel menuturkan, pasar kripto akan terus sideways hingga akhirnya mendekati pemangkasan suku bunga acuan pada kuartal ketiga atau kuartal keempat 2024. Meski demikian, pemangkasan suku bunga dianggap tidak akan begitu signifikan berdampak bagi pergerakan harga aset kripto.

Sementara itu, Fyqieh memaparkan, secara historis ETF Bitcoin yang diluncurkan pada Januari 2024 lalu telah menarik kepemilikan BTC senilai lebih dari US$58 miliar dalam 6 bulan pertama perdagangan.

Nah, jika ETF Ethereum menarik setengah dari daya tarik tersebut, seperti yang diperkirakan, investor dapat mengantisipasi aliran masuk modal lebih dari US$20 miliar ke pasar ETH dalam beberapa bulan mendatang.

Dengan asumsi tersebut, Fyqieh memperkirakan, ETF Ethereum dapat menjadi katalis untuk harga tertinggi baru ETH di sekitar US$ 5.000-US$ 6.000 dalam jangka pendek, karena berpotensi menarik basis investor yang lebih luas dan meningkatkan legitimasi pasar.

“Perkembangan pasar DeFi akan menjadi sentimen lain dari pendorong harga ETH di masa depan,” tutur Fyqieh.

Fyqieh mengatakan, investor saat ini bereaksi terhadap berita Komisi Bursa dan Sekuritas (SEC) Amerika Serikat yang mengakhiri penyelidikannya terhadap Ethereum. Pengumuman tersebut kemungkinan akan memfasilitasi peluncuran pasar ETF ETH spot di AS dalam waktu dekat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×