Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bitcoin terpantau bergerak mendatar sepekan ini, kendati tetap bertahan di atas level US$ 100.000. Penurunan yang siginifikan diperkirakan tidak terjadi di tengah positifnya sentimen saat ini.
Berdasarkan coinmarketcap, Bitcoin bertengger di US$ 103.957 pada Minggu (18/5) pukul 18.34 WIB. Dalam 24 jam terakhir menguat 1,04%, tetapi sepekan terkoreksi 0,51%.
CEO Triv, Gabriel Rey berpendapat apabila Bitcoin terkoreksi, maka level koreksi paling bawah di US$ 101.000.
Baca Juga: Bitcoin Bisa Tembus US$250.000 di 2025, Kata Analis Kripto Scott Melker
"Saya rasa tidak mungkin ke bawah itu dengan sentimen saat ini," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (18/5).
Bahkan, ia memperkirakan pekan ini Bitcoin akan naik ke level resistance-nya di US$ 108.000. Terlebih dengan peningkatan pasokan uang, yang umumnya memberikan dorongan naik bagi saham dan kripto.
CEO Indodax, Oscar Darmawan melanjutkan bahwa membaiknya hubungan dagang antara dua negara besar seperti Amerika Serikat (AS) dan China memang berpotensi menciptakan iklim investasi global yang lebih kondusif. Namun ia menegaskan bahwa perkembangan geopolitik ini sebagai salah satu faktor pendukung stabilitas jangka panjang, namun bukan satu-satunya penentu arah harga kripto.
Oscar melihat tren harga Bitcoin juga masih akan meningkat, menilik perkiraan Standard Chartered bahwa harga Bitcoin dapat mencapai $120.000 pada kuartal II tahun ini. Bahkan, Kepala Riset Aset Digital Standard Chartered, Geoffrey Kendrick menyatakan bahwa target tersebut mungkin terlalu konservatif, mengingat arus masuk yang signifikan ke ETF Bitcoin dan meningkatnya partisipasi institusional di pasar kripto.
Baca Juga: Bitcoin Masih Ditopang Dukungan Kuat di US$ 100.000, Meski Momentum Bullish Meredup
"Faktor-faktor seperti akumulasi Bitcoin oleh perusahaan besar, seperti Strategy, serta meningkatnya adopsi institusional, menjadi pendorong utama yang memperkuat prospek positif pasar kripto," papar Oscar.
Karenanya, lanjut Gabriel, untuk investor jangka panjang akumulasi bisa menjadi pilihan dengan strategi dollar cost averaging (DCA).
"Sementara, jika berniat scalping, maka bisa menjual di US$ 108.000 dan membeli kembali di US$ 101.000 ataupun US$ 103.000," tutup Gabriel.
Selanjutnya: Asosiasi Taksi Online Tolak Potongan Komisi Jadi 10%, Ini Alasannya
Menarik Dibaca: Gaet 8.000 Pelari, BFI RUN 2025 Menularkan Energi Positif Menuju Gaya Hidup Sehat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News