Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Menurut Juan, China menghasilkan lebih banyak listrik pada paruh kedua, dimana 58% sampai 63% dari output listrik tahunannya dalam lima tahun terakhir dihasilkan pada semester kedua.
Namun demikian, dia meyakini bahwa harga batubara akan tetap volatil, karena melimpahnya persediaan batubara China, yang pada akhir periode empat bulan pertama 2023 mencapai 52 juta ton. Ini merupakan rekor tertinggi sepanjang masa, dimana berpotensi menekan peningkatan permintaan
Rekomendasi Saham
Juan menyebut, sebagian besar emiten batubara dalam cakupan analisisnya menawarkan yield dividend yang menarik pada tahun 2023, yakni berkisar antara 16% hingga 30%.
Baca Juga: Transkon Jaya (TRJA) Tebar Dividen Rp 3 per Saham, Berikut Jadwalnya
Usai musim pembayaran dividen, investor kini menunggu kepastian lebih lanjut terkait regulasi badan layanan umum (BLU). Menurut Juan, ketika peraturan BLU mulai berlaku (yang diperkirakan mulai Juli 2023), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) akan diuntungkan.
Ini karena kedua emiten tersebut memiliki eksposur ke pasar domestik yang lebih besar
Sedangkan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) kemungkinan akan terkena sedikit dampak negatif dari implementasi BLU.
Juan menyematkan rating netral untuk sektor batubara, dengan ADRO sebagai pilihan utama alias top pick. Pertimbangannya terutama karena diversifikasi bisnis dan neraca ADRO yang kuat. Dia merekomendasikan buy saham ADRO dengan target harga Rp 2.900 per saham.
Baca Juga: Harga Batubara Masih Membara, Capai US$ 175 Per Ton di Akhir Tahun 2023
Selain ADRO, Juan juga merekomendasikan buy saham BUMI dengan target Rp 150 per saham. Sementara itu, rekomendasi hold disematkan untuk PTBA dan ITMG dengan target harga masing-masing Rp 3.500 dan Rp 26.000.
Sementara Rizkia menyarankan investor lebih baik wait and see terlebih dahulu saat ini terkait saham batubara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News