kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.797   -2,00   -0,01%
  • IDX 7.460   -19,91   -0,27%
  • KOMPAS100 1.153   -1,43   -0,12%
  • LQ45 914   0,41   0,05%
  • ISSI 225   -1,12   -0,49%
  • IDX30 472   0,95   0,20%
  • IDXHIDIV20 569   1,36   0,24%
  • IDX80 132   0,02   0,01%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,24   0,16%

Harga batubara terperosok di tengah kenaikan harga minyak


Jumat, 26 April 2019 / 20:25 WIB
Harga batubara terperosok di tengah kenaikan harga minyak


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan harga batubara pada tahun ini sepertinya tidak akan sebagus tahun lalu. Mirisnya, tren harga batubara nelangsa di tengah harga minyak dunia yang memanas.

Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (26/4) pukul 20.30 WIB, harga batubara Newcastle untuk pengiriman Mei 2019 di ICE Futures berada di US$ 86,50 per metrik ton, turun 1,59% jika dibandingkan dengan harga kemarin pada US$ 87,90 per metrik ton. Dalam sepekan, harga batubara turun 1,70%.

Analis Central Capital Futures, Wahyu Tribowo Laksono menilai, harga minyak lebih baik karena energi ini masih lebih sering digunakan dalam industri di seluruh dunia. Berbeda dengan batubara yang lambat laun ditinggalkan oleh negara importir, seperti di belahan Eropa. “Emisi batubara menjadi isu negatif global, sehingga bahan bakar pembakaran bersih lebih menarik untuk pembangkit listrik,” kata Wahyu kepada Kontan.co.id, Jumat (26/4).

Tentunya sentimen ini membuat harga kedua komoditas ini bertolak belakang. Bila menoleh ke belakang, harga batubara turun 9,5% year to date (ytd), dalam periode sama harga minyak West Texas Intermediate (WTI) melambung jauh sebanyak 38,9%.

Hal ini nampaknya sejalan dengan ramalan Natural Resources Defense Council (NRDC) yang memperkirakan harga batubara tahun ini akan melemah. NRDC bahkan mengimbau akan aktivitas industri khususnya listrik tidak lagi menggunakan si hitam demi melindungi lingkungan.

Wahyu tidak memungkiri hanya sebagian belahan negara di dunia yang sadar akan isu itu. Namun harga batubara yang lebih murah daripada minyak buat si hitam masih digemari seperti di China dan negara-negara emerging market.

Selain itu, masalah supply dan demand menghantui pergerakan harga batubara, karena impor batubara China akan dikurangi di tengah produksi negara eksportir lainnya yang bertambah.

Impor batubara China akan dipangkas 10 juta ton-12 juta ton sampai akhir tahun. Kabarnya China sebagai negara produsen dan konsumen terbesar batubara akan menggenjot produksinya hingga bertambah 100 juta ton sampai dengan akhir 2019. Berdasarkan data Biro Statistik China produksi batubara di sana mencapai 3,55 miliar ton pada 2018.

Ketika program pemerintah China telah berjalan, kebutuhan impor batubara China benar-benar terkikis. Kata Wahyu, apalagi pada akhir kuartal-II Juni mendatang Negeri Panda mulai memasuki musim panas di mana kebutuhan batubara akan meningkat untuk energi pendingin.

Wahyu mengatakan, support harga batubara berada di US$ 86,20 per metrik ton. Sementara dalam sepekan akan berada di kisaran US$ 84 per metrik ton hingga US$ 92 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×