Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara sulit untuk bergerak naik dengan rencana China yang hendak memangkas impor di tahun ini. Ekonomi China yang kini bernada positif membuat negeri Tirai Bambu tampak percaya diri dengan produksi batubara domestiknya.
Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (26/4) pukul 19.26 WIB, harga batubara Newcastle untuk pengiriman Mei 2019 di ICE Futures berada di US$ 86,50 per metrik ton, turun 1,59% jika dibandingkan dengan harga kemarin pada US$ 87,90 per metrik ton. Dalam sepekan, harga batubara turun 1,70%.
Analis Asia Trade Points Futures, Deddy Yusuf Siregar menilai dalam jangka panjang harga batubara akan cenderung dalam tren bearish, bahkan akan sulit bertahan dan jarang di level US$ 90 per metrik ton.
Impor batubara China akan dipangkas 10 juta ton-12 juta ton sampai akhir tahun. Kabarnya China sebagai negara produsen dan konsumen terbesar batubara akan menggenjot produksinya hingga bertambah 100 juta ton sampai dengan akhir tahun 2019. Berdasarkan data Biro Statistik China produksi batubara di sana mencapai 3,55 miliar ton pada 2018.
Langkah China menjadi sentimen negatif bagi negara eksportir seperti Australia dan Indonesia. Pahadal kedua negara Asia Pasifik ini sama-sama oversupply batubara. “Pelaku pasar mengkhawatirkan sikap China sebagai negara tujuan utama Australia dan Indonesia,” kata Deddy kepada Kontan.co.id, Jumat (26/4).
Mirisnya lagi tren harga batubara nelangsa di tengah harga minyak dunia yang memanas, karena produksi China yang akan bertambah. Harga batubara turun 9,5% sejak awal tahun. Sementara dalam jangka waktu sama harga minyak West Texas Intermediate (WTI) melambung jauh sebanyak 38,9%.
Kata Deddy untuk menanggulangi pemangkasan permintaan batubara China, kemungkinan ekportir akan mengalihkan dan menambahkan ekspornya ke negara lain, misalnya Jepang. Akan tetapi, memang secara kebutuhan industri Negari Sakura tidak begitu besar. Berbeda dengan China yang sampai saat ini mayoritas menggunakan energi batubara sebagai pembangkit tenaga listik.
Untuk pekan depan pasar sepertinya akan fokus dalam perundingan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Jika negosiasi dagang sudah selesai kemungkinan ekonomi China membaik. Deddy berpendapat nantinya perdagangan batubara dilirik kembali pemerintah China guna meningkatkan ekspornya.
Secara teknikal Deddy mengamati indikator stochastic berada di area 89 yang menunjukkan overbought ada potensi koreksi. Senin (29/4), harga batubara diramal bakal berada di level US$ 87,30-US$ 88,90 per metrik ton, sementara sepekan ke depan di rentang US$ 87,00-US$ 89,30 per metrik ton.
Semakin pesimistis, sampai dengan akhir tahun ini harga si hitam berpeluang anjlok di level US$ 81 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News