Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara masih cukup solid. Per Selasa (26/4), harga batubara ICE Newcastle untuk kontrak perdagangan Mei 2022 berada di level US$ 318,15 per ton. Emiten pun cukup yakin harga batubara yang solid akan bertahan ke depan. Momentum ini juga dimanfaatkan emiten untuk mengerek target produksi dan penjualan.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivastava menilai, harga batubara diperkirakan akan tetap tinggi tahun ini dan setelahnya, selagi tidak adanya peningkatan kapasitas penambangan batubara seiring keengganan pihak perbankan untuk mendanai ekspansi sektor ini.
Selain itu, energi terbarukan tidak dapat diandalkan untuk menggantikan bahan bakar fosil saat ini.
Ada juga faktor meningkatnya permintaan batubara tambahan seiring konflik Ukraina dan kemungkinan sanksi terhadap batubara dari Rusia serta kondisi cuaca yang tidak terduga.
Baca Juga: Tinjau Ulang Indeks, Saham GOTO Berpotensi Masuk Indeks MSCI?
Menurut Dileep, terdapat dua tantangan dalam meningkatkan output dan memenuhi permintaan batubara luar negeri.
Pertama yakni fenomena La Nina yang berkelanjutan. Hujan lebat sejak kuartal keempat 2021 diperkirakan akan berlangsung hingga Mei 2022.
Kedua, prioritas utama diberikan untuk memenuhi kebutuhan domestik atau domestic market obligation (DMO) dan pasokan ke Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk menjaga pasokan listrik dengan harga terkendali.
“Panduan kinerja tahun 2022 kami adalah 83 juta ton – 89 juta ton. Kami berharap dapat menghasilkan dengan harga realisasi rata-rata jauh di atas tahun 2021,” terang Dileep kepada Kontan.co.id, Rabu (26/4). Sebagai catatan, pada 2021 lalu produksi batubara Bumi Resources di kisaran 80 juta ton.
Selain BUMI, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) juga menaikkan target produksi tahun ini. ITMG menargetkan volume produksi sebanyak 17,5 juta ton -18,8 juta ton dan volume penjualan sebesar 20,5 juta ton -21,5 juta ton.
Baca Juga: Kurniamitra Duta Sentosa (KMDS) Catatkan Kenaikan Penjualan pada Tahun 2021
Sebagai gambaran, tahun lalu ITMG mencatatkan produksi sebanyak 18,2 juta ton batubara di tengah cuaca buruk dan hujan ekstrim. Realisasi ini menurun tipis 1,08% dari produksi tahun sebelumnya sebesar 18,4 juta ton. Sedangkan dari sisi penjualan, ITMG mencatatkan penjualan 20,1 juta ton batubara sepanjang 2021, menurun 5,18%.
Asal tahu, per kuartal kedua 2022 ITMG mengakhiri pertambangan di tambang Kitadin Embalut. Yulius Gozali, Direktur Komunikasi Korporat dan Hubungan Investor ITMG mengatakan, kontribusi tambang Kitadin terhadap ITMG Group adalah sebanyak 1,5 juta ton sampai 2 juta ton per tahun.
Penutupan tambang Kitadin Embalut tidak akan berdampak signifikan karena hal ini telah sejalan dengan perencanaan tambang ITMG.
“Saat ini, ITMG sedang menyiapkan tambang-tambang baru, yaitu PT Graha Panca Karsa (GPK), PT Nusa Persada Resources (NPR), dan PT Tepian Indah Sukses (TIS) yang ke depannya dapat memberikan dampak positif bagi total produksi ITMG,” terang Yulius kepada Kontan.co.id.
Emiten batubara pelat merah yakni PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga menaikkan target produksi batubaranya. PTBA menargetkan produksi batubara tahun ini sebesar 36,41 juta ton, atau naik 21% dari realisasi produksi 2021 yang sebesar 30,04 juta ton.
Baca Juga: Penjualan Kurniamitra Duta Sentosa (KMDS) Melesat pada Tahun Lalu
Sedangkan untuk volume penjualan 2022, PTBA menargetkan sebanyak 37,10 juta ton batubara. Target ini naik 31% dari realisasi penjualan batubara tahun lalu sebesar 28,37 juta ton.
PT Adaro Energy Tbk (ADRO) juga telah menetapkan panduan operasional untuk tahun 2022. Produksi batubara ditargetkan di rentang 58 juta ton sampai 60 juta ton dengan nisbah kupas 4,1 kali.
Ini artinya, ADRO menaikkan target produksi batubara tahun ini. Sebagai gambaran, ADRO mencatat total produksi 52,70 juta ton pada tahun 2021, setara dengan penurunan 3% dari tahun 2020. Meski terkoreksi, realisasi ini masih sesuai target produksi yang ditetapkan, yakni 52 juta ton sampai 54 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News