Reporter: Aloysius Brama | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas batubara masih berfluktuasi. Harga komoditas energi ini masih cenderung terkoreksi di kisaran US$ 75 per metrik ton. Sebenarnya, kisaran itu masih lebih baik daripada beberapa waktu lalu yang sempat menyentuh harga US$ 68 per ton.
Melihat hal tersebut, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) mesti memutar otak agar rencana bisnis tahun ini tetap sesuai pada jalurnya. Asal tahu, tahun ini ITMG mematok produksi 23,6 juta metrik ton batubara. ITMG menargetkan penjualan 26,5 juta metrik ton batubara.
Jusnan Ruslan, Direktur Pemasaran ITMG mengakui bahwa industri tambang batubara tahun ini masih memiliki sejumlah tantangan. Di awal tahun misalnya, curah hujan yang masih tinggi menjadi tantangan bagi perusahaan.
Untuk itu, ITMG masih akan menjalankan beberapa strategi pengelolaan. “Salah satunya adalah untuk menyeimbangkan proporsi produksi berdasarkan kualitas batubara, agar dapat mengoptimasi cadangan,” kata Jusnan, Jumat (19/7).
Tapi, Jusnan belum mengungkap realisasi produksi dan penjualannya hingga saat ini. “Masih kami konsolidasi,” ujar dia.
Saat ini, ITMG memproduksi beberapa macam produk batubara, baik batubara kalori tinggi, menengah hingga kalori rendah. Produksi ITMG dengan kalori paling tinggi sebesar 6.500 kcal/kg. Sedangkan untuk yang rendah, ada pada tingkat kalori 4.300 kcal/kg.
ITMG mengoperasikan lima tambang batubara yang tersebar di beberapa wilayah Pulau Kalimantan. Kelima tambang itu adalah Bharinto, Jorong, Kitadin, Trubaindo dan Indominco.
Pada tiga bulan pertama 2019 ini, ITMG telah memproduksi sebanyak 5,8 juta metrik ton batubara. Tambang Indominco menjadi penyumbang tertinggi dengan produksi sebanyak 3,3 juta metrik ton. Setelah Indominco, disusul oleh Trubaindo dan Bharinto dengan total 1,7 juta metrik ton, Kitadin dan Jorong serta sebesar 300.000 metrik ton.
Sedangkan untuk penjualan, China masih menjadi negara tujuan dengan permintaan batubara ITMG terbesar sepanjang kuartal I tahun ini yakni sebesar 1,9 juta metrik ton. Angka itu setara dengan 31% dari total penjualan yang mencapai 6 juta metrik ton. Setelah China ada pula Jepang dengan total penjualan mencapai 1,1 juta metrik ton atau sekitar 18% dari total penjualan. Sedangkan permintaan dalam negeri menyumbang sekitar 11% penjualan atau setara dengan 660.000 metrik ton. Sepanjang triwulan pertama lalu, ITMG mencatatkan penjualan sebesar US$ 453 juta.
Mengutip laporan kinerja perusahaan yang berada di situs resmi ITMG, emiten tambang ini memperkirakan produksi akan turun menjadi 5,6 juta metrik ton pada kuartal kedua, turun tipis dari 5,8 juta metrik ton pada kuartal pertama.
Tahun ini, ITMG juga masih akan menjajaki kemungkinan untuk mengakuisisi tambang. Kontan.co.id mencatat, rencananya ITMG akan mengakuisisi enam hingga sembilan tambang baru.
“Pertumbuhan anorganik untuk meningkatkan jumlah cadangan menjadi perhatian kami. Saat ini kami masih melakukan kajian, akan kami sampaikan segera begitu ada kepastian,” tandas Jusnan.
Selain itu ia juga menambahkan, pertumbuhan anorganik dengan akuisisi tetap diperlukan untuk meningkatkan jumlah cadangan. Satu yang pasti, apabila diperlukan ITMG akan merogoh dana internal dan juga pinjaman bank untuk akuisisi. Sedangkan untuk penerbitan surat utang, ITMG belum merasa perlu.
Tahun ini, ITMG menganggarkan capital expenditure sebanyak US$ 121,9 juta. Jumlah itu berlipat cukup signifikan dibanding capex tahun lalu yang hanya sebesar US$ 107,1 juta. Sedangkan realisasi capex ITMG baru US$ 11,8 juta per kuartal satu lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News