Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski tidak mencatat penurunan terbesar, indeks sektor tambang masih tertekan. Tekanan terutama terjadi pada emiten tambang batubara akibat merosotnya harga komoditas energi ini.
Harga batubara Newcastle untuk pengiriman September 2019 di ICE Futures menyentuh level terendah tahun ini pada Senin (12/8). Kemarin, harga kontrak batubara ini berada di US$ 69,60 per metrik ton.
Harga batubara ini merosot 27,99% secara year to date. Di akhir tahun 2018, harga batubara masih berada di US$ 96,65 per metrik ton.
Baca Juga: Strategi Lo Kheng Hong Membeli Saham Salah Harga
Meski telah merosot sejak awal tahun, harga rata-rata batubara tahun ini hanya turun tipis jika dibandingkan dengan harga rata-rata periode yang sama tahun lalu. Harga rata-rata batubara secara year to date tahun ini berada di US$ 85,35 per metrik ton, turun 4,50% jika dibandingkan dengan harga rata-rata periode yang sama tahun lalu pada US$ 89,37 per metrik ton.
Leonardus Herwindo, Head of Corporate Communications PT Indika Energy Tbk (INDY) mengatakan, pendapatan INDY sangat rentan terhadap fluktuasi harga batubara. Meski demikian, Leonardus mengaku INDY tidak menurunkan target produksi untuk tahun 2019. “Indika Energy tidak menurunkan target produksi yaitu 35,5 juta ton,” kata Leonardus kepada Kontan.co.id, Selasa (13/8).
Baca Juga: Kinerja Industri Batubara Masih Dibayangi Tren Penurunan Harga
Angka itu terdiri atas produksi Kideco Jaya Agung sebesar 34 juta ton dan produksi dari Multi Tambangjaya Utama sebesar 1,5 juta ton. Hingga saat ini, produksi batubara di kedua tambang tersebut telah mencapai 50% dari target.
Memasuki separuh kedua 2019, berbagai cara dilakukan oleh INDY untuk tetap menjaga agar volume produksinya mencapai target. Dari sisi internal misalnya, INDY akan memaksimalkan sinergi antar anak usahanya. Untuk mengangkat bottom line, INDY melakukan efisiensi dengan cara menekan biaya-biaya di seluruh organisasi.
Baca Juga: Anak usaha Indika (INDY) akuisisi saham Multi Tambangjaya Utama
INDY juga menjajaki berbagai peluang untuk diversifikasi usaha khususnya di bidang non-batubara. Salah satunya adalah berinvestasi di bidang pertambangan emas dengan Nusantara Resources Limited melalui anak usahanya yakni Indika Mineral Investindo (IMI). “Kami memiliki porsi kepemilikan sebesar 19,9% di proyek Emas Awak Mas di Sulawesi Selatan,” ujar Leonardus.
Pada semester pertama tahun ini, PT Indika Energy Tbk (INDY) mencatat pendapatan US$ 1,38 miliar, turun 4,83% ketimbang semester pertama tahun lalu US$ 1,45 miliar. Tapi, laba bersih INDY merosot 83,41% menjadi US$ 12,66 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News