Reporter: Agus Triyono, Rizki Caturini | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Harga aluminium tertekan. Data produksi industri China yang mengecewakan, memunculkan kekhawatiran pasar akan permintaan logam industri, termasuk aluminium akan tetap lemah.
Harga aluminium untuk pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME), Senin (11/3), melemah 0,69% menjadi US$ 1.951,50 per ton dibandingkan harga sehari sebelumnya. Dalam sepekan, harga aluminium telah terkoreksi sebesar 1,09%.
Pemerintah China merilis data produksi sektor industri meningkat menjadi 9,9% di Januari dan Februari. Ini lebih rendah dari estimasi survei ekonom yang mencapai 10,60%. Data lainnya menyebut, pertumbuhan penjualan ritel di China juga melambat serta pinjaman baru berdenominasi yuan menurun di bulan Februari 2013.
Selain itu, data ekonomi di Eropa juga kurang menggembirakan. Produksi sektor industri di Prancis pada awal tahun turun. Ini lantaran ekonomi negara dengan perekonomian terbesar kedua di Eropa ini masih berada di ambang resesi untuk ketiga kalinya dalam empat tahun terakhir. FitchRatings juga memangkas peringkat utang Italia sebanyak satu level akhir pekan lalu.
"Harga logam tidak banyak berubah karena ketidakpastian ekonomi China di tahun ini. Sementara itu, perekonomian Eropa juga masih lemah," kata Pengjiang Fu, Direktur Perdagangan Komoditas Asia di Newedge Group SA, kepada Bloomberg.
Ibrahim, analis senior Harvest International Futures, melihat, secara teknikal harga aluminium kemungkinan masih akan menguat terbatas. Indikator moving average (MA) 75% dan 80% yang masing- masing di atas bollinger 11. Indikator stochastic sebesar 70% mengarah positif. Adapun, moving average convergence divergence (MACD) masih wait and see. Prediksi Ibrahim, harga aluminium dalam sepekan akan bergerak di kisaran US$ 1.938- US$ 1.990 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News