Reporter: Namira Daufina | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Harga aluminium ke depan diproyeksi masih akan bearish mengingat kenaikan harga yang terjadi beberapa waktu terakhir diduga akan memicu para produsen untuk menggenjot kembali produksinya. Meski hari ini kenaikan masih tetap didulang oleh komoditas logam industri ini.
Mengutip Bloomberg, Rabu (7/12) pukul 9.49 waktu London harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange merangkak naik 0,26% ke level US$ 1.1713,50 per metrik ton dibanding hari sebelumnya.
Aluminium terdongkrak harga minyak WTI yang juta terangkat. Hanya saja untuk di awal tahun 2017 nanti, Chen Quanxun dari China Nonferrous Metals Industri Association mengatakan harga aluminium akan cenderung turun. Proyeksinya sekitar 500.000 ton pasokan akan membanjiri pasar global. Ini membuat pasokan bertambah di pasar. Ini karena kenaikan harga aluminium yang signifikan beberapa waktu terakhir memicu produsen untuk meningkatkan produksi demi mencari keuntungan.
“Sementara permintaan akan stagnan saja terutama nanti mendekati Tahun Baru China saat pembelian manufaktur akan melambat dan para pelaku pasar juga berpotensi untuk melakukan aksi profit taking,” jabar Chen seperti dikutip dari Bloomberg.
Hal senada juga disampaikan oleh Wang Rong, Analis Guotai & Junan Futures Ltd yang meminta pasar waspada akan sentimen negatif yang siap melanda harga aluminium. Proyeksinya kenaikan harga tidak akan bertahan lebih lama lagi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News