kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Grup Bakrie pilih negosiasi, enggan jual aset


Jumat, 31 Oktober 2014 / 13:58 WIB
Grup Bakrie pilih negosiasi, enggan jual aset
ILUSTRASI. Kode Redeem Seal M Mei 2023, Cek Daftar Update Terbaru dan Cara Klaimnya


Sumber: Reuters | Editor: Sanny Cicilia

HONG KONG. Grup Bakrie akan tetap memprioritaskan negosiasi merestrukturisasi utang pada kreditur ketimbang menjual aset. Meskipun, utang menumpuk sampai US$ 8 miliar ini sudah mulai mengikis kesabaran kreditur.

Seorang sumber pada Reuters mengatakan, grup ini akan mendekati kreditur seperti cara-cara sebelumnya. Grup Bakrie setidaknya empat kali gagal membayar bunga utang dalam dua tahun terakhir. 

Dengan berkali-kali mendekati dan ditolak, Agustus lalu, salah satunya bisnis, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) berhasil mendapat dukungan kreditur untuk restrukturisasi obligasi senilai US$ 375 juta. Sepuluh perusahaan terafiliasi Bakrie yang terdaftar di Bursa tercatat memiliki utang sampai US$ 8,1 miliar per Juni lalu, termasuk US$ 4,3 miliar milik BUMI.

Sejatinya, kesabaran kreditur kian tipis. Yang terbaru, tiga pemegang obligasi PT Bakre Telecom Tbk (BTEL) menggugat di Pengadilan New York. Salah satu vendor asal Indonesia PT Netwave Multi Media juga ikut menggugat di Pengadilan Niaga Jakarta terkait penundaan pembayaran utang. 

Sandra Nagoy, Pengacara Netwave mengatakan, kliennya khawatir BTEL lebih memprioritaskan kreditur asing. "Kami tidak minta BTEL menjual aset saat ini, Tapi kepastian mereka membayar utang," kata dia pada Reuters.

Awal bulan ini, Axis Bank Ltd, Credit Suisse, Deutesche Bank, UBS AG dan China Developtment Bank juga menolak permintaan BUMI untuk menukar utang US$ 275 juta dengan saham baru. Apalagi, saham BUMI berada di kisaran Rp 138 per saham pada 30 Oktober, sudah terpangkas setengah dalam setahun ini.

Kreditur mulai menyuarakan mereka untuk menjual aset. Sumber itu bilang, beberapa perusahaan dari Jepang, Malaysia, dan Indonesia sudah mengutarakan ketertarikan untuk aset perkebunan sawit dan karet milik PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP). 

"Tapi grup Bakrie ingin mempertahankan aset itu," kata dia. 

Harga batubara

Seorang sumber lainnya mengatakan, tidak banyak pilihan bagi kreditur karena beban utang grup Bakrie terlalu besar. Toh selama ini mereka tertarik membeli obligasi karena tawaran imbal hasil (yields) tinggi. 

Grup Bakrie juga menegaskan optmisme perbaikan harga batubara. BUMI yang berkecimpung di bidang perdagangan batubara terpukul setelah harga komoditas hitam ini terpangkas menjadi US$ 65 per metrik ton dari US$ 195 di tahun 2008.

"Bakrie melihat harga batubara akan naik ke US$ 80 tahun depan dan itu menjaga hubungan yang kuat dengan pihak bank," kata Jurubicara Bakrie Group Christopher Fong pada Reuters. Dia mengatakan, keluarga Bakrie tak memegang mayoritas saham di perusahaan-perusahaan ini.

Moody's Investor Service pada Agustus lalu sudah meragukan kemampuan grup Bakrie. "Meskipun berhasil menukar utang US$ 1,36 miliar menjadi saham dengan China Investment Corp, BUMI tidak memiliki kapasitas internal untuk mendanai utang lebih dari US$ 1 miliar yang akan jatuh dalam 18 bulan mendatang lantaran likuiditas yang lemah," tulis Moody's. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×