Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Goldman Sachs Group Inc memangkas peringkat sejumlah aset investasi mereka di Indonesia utamanya yang ada di pasar saham dan surat utang karena meningkatnya risiko fiskal dari sejumlah inisiatif Presiden Prabowo Subianto.
Berdasarkan laporan Bloomberg pada Senin (10/3), bank investasi asal Amerika Serikat (AS) itu memotong peringkat saham Indonesia dari overweight menjadi market weight.
Sementara di pasar obligasi, Goldman Sachs juga menyesuaikan peringkat untuk surat utang negara tenor 10 tahun hingga 20 tahun menjadi netral dari sebelumnya termasuk disukai.
Baca Juga: Sejak Prabowo Menjabat, Imbal Hasil Surat Utang Indonesia Meningkat
Pasar saham Indonesia terus tertekan dalam beberapa bulan terakhir karena kekhawatiran atas ketegangan perdagangan global dan melemahnya ekonomi domestik telah membuat investor kabur.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,57% ke level 6.598,21 pada Senin (10/3). Sepanjang tahun berjalan ini, IHSG sudah merosot 6,8%. Ini menjadikan IHSG sebagai indeks terburuk nomor tiga di dunia.
Para analis Goldman Sachs menilai risiko tersebut berpusat pada kekhawatiran atas ekonomi setelah Prabowo mengumumkan serangkaian langkah pemerintah.
Termasuk realokasi anggaran, pembentukan dana kekayaan negara dan perluasan kebijakan perumahan untuk keluarga berpenghasilan rendah, yang diproyeksikan akan dapat memperburuk defisit.
Baca Juga: Goldman Sachs Kerek Target Bursa Saham Emerging Market
Goldman Sachs juga menaikkan perkiraan defisit anggaran untuk Indonesia pada 2025 menjadi 2,9% dari produk domestik bruto dari proyeksi sebelumnya berada di level 2,5%.
Strategist Goldman Sachs Timotius Moe menyebutkan laba perusahaan yang lebih rendah dan likuiditas sistem perbankan yang lebih ketat sebagai tekanan tambahan pada pasar.
"Penundaan yang tidak biasa anggaran bulanan Indonesia pada Januari membuat para investor mengajukan pertanyaan tentang keadaan keuangan pemerintah pasca langkah kebijakan yang diambil Prabowo," jelasnya dalam riset.
Di pasar surat utang, Strategist Goldman Sachs Kenneth Ho dan Sandra Yeung mengatakan obligasi jangka panjang akan mengalami tekanan di tengah meningkatnya risiko fiskal dan kemungkinan pasokan obligasi yang lebih besar.
Baca Juga: Imbal Hasil Tertekan, Risiko Berinvestasi di Surat Utang Indonesia Meningkat
“Selain itu, kami percaya investor harus mempertimbangkan penggunaan swap gagal bayar kredit 5 tahun Indonesia sebagai lindung nilai terhadap risiko berperingkat investasi di Asia,” imbuh mereka.
Selanjutnya: Gus Ipul: 53 Lokasi Siap Menyelenggarakan Sekolah Rakyat
Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (11/3): Cerah hingga Hujan Berawan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News