Reporter: Astri Kharina Bangun | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga saham yang dianggap tidak merefleksikan harga saham sebenarnya, membuat PT Dynaplast Tbk (DYNA) memutuskan untuk go private. "Sahamnya tidak likuid," kata Presiden Direktur DYNA Tony Hambali, Senin (25/4).
Rencana tersebut bakal disampaikan manajemen perseroan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada Rabu (27/4).
"Kalau dari RUPSLB disetujui, kami berharap tender offer bisa dilakukan akhir Juli," ungkap Tony.
Berdasarkan Keterbukaan Informasi DYNA ke Bursa Efek Indonesia akhir pekan lalu, manajemen menyebutkan tiga alasan utama rencana go private DYNA. Pertama, karena saham perseroan tidak aktif diperdagangkan dan tidak likuid. Kedua, pemegang saham publik yang tidak dapat menjual saham mereka jumlahnya cukup signifikan. Ketiga, perseroan telah menerima permintaan baik secara lisan maupun tertulis dari beberapa pemegang saham publik yang ingin menjual saham mereka.
Tony menyebutkan harga penawaran tender atas saham DYNA di atas harga pasar saat ini. "Tender offer di harga Rp 4.500 per saham."
Masih merujuk pada Keterbukaan, harga tersebut 20% premium di atas harga perdagagnan tertinggi atas saham DYNA di BEI dalam jangka 90 hari terakhir sebelum pengumuman rencana go private, pada 25 Maret 2011 yakni Rp 3.750 per saham.
Tak cuma itu, angka Rp 4.500 per saham sudah 41,5% premium dari hasil penilaian harga wajar saham berdasarkan penilaian Penilai Independen, yakni Rp 3.181 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News